OBSERVASI
:
Rokok dihisap kali pertama oleh suku
bangsa Indian di Amerika untuk keperluan ritual dalam pemujaan dewa atau roh.
Pada abad ke 16, ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika.
Mereka juga menemukan rokok dan
membawa tembakau ke Eropa. Para bangsawan merokok untuk kesenangan semata. Di
abad ke-17, pedagang Spanyol masuk ke Turki dan saat itulah kebiasaan merokok
mulai masuk ke negara-negara Islam.
Menurut World Health Organization
(WHO), tahun ini jumlah perokok di Indonesia terbanyak ketiga di seluruh dunia
setelah Cina dan India. Padahal telah banyak riset yang membuktikan soal bahaya
rokok pada kesehatan. Termasuk memicu kanker, penyakit jantung, penyakit
pernapasan, dan emfisema (penyakit paru obstruktif).
Bagaimana soal titik kritis halal
rokok sendiri? Apa kandungan rokok yang perlu dikritisi dari segi halalnya?
Dosen Institut Pertanian Bogor, Dr
Anna P Roswiem mengatakan bahwa ada kandungan darah babi dalam rokok. ''Iya,
ada dalam filternya'', ujarnya.
Dalam rokok ada dua filter. Filter
pertama, berwarna putih yang langsung ke mulut. Filter ini disambung lagi
dengan filter kedua yang mengandung darah babi. Darah ini digunakan untuk
menyaring toksin yang ada dengan lebih baik. Hemoglobin dari darah babi
menyaring racun-racun tembakau sehingga racunnya lebih sedikit.
Di Indonesia belum ada yang
memproduksi rokok dengan kandungan darah walaupun di negara lain rokok seperti
ini sudah beredar. Biasanya kita bisa mengetahui bahwa rokok ini mengandung
hemoglobin babi dengan melihat kemasan rokoknya.
Ada tanda Diamond Filter di punggung
kemasan. Perusahaan rokok menulis keterangan ini di kemasan rokok dengan
tulisan dan gambar.
Peneliti di Australia telah meneliti
kandungan darah babi dalam rokok ini di salah satu bandara militer di Cina.
Jika kita melihat dengan seksama, terlihat titik-titik kuning pada filter yang
biasanya berwarna putih. Titik kuning ini menandakan adanya hemoglobin, atau
darah.
Meskipun begitu, belum tentu filter
tanpa hemoglobin juga bebas dari titik kritis halal. Filter sendiri terbuat
dari Carboxi Metil Selulosa (CMS) yang sebenarnya aman karena berasal dari
tumbuhan. Tapi, untuk membuat filter, CMS ini ditambahkan dengan Gliserol dari
Gliserin.
Bahan pembuat gliserol ini sumbernya
bermacam-macam, ada yang dari sintetik kimia yang halal dan ada juga dari lemak
atau minyak. Jika sumbernya dari lemak atau minyak, maka perlu diketahui
sumbernya apakah dari hewan ataukah dari tumbuhan
Sumber:
Acehonline.com