Oleh: Zulkifli S.Pdi
|
Zulkifli S.Pdi Alumni STAIN Malikussaleh dan Siswa Sekolah
Demokrasi Aceh Utara |
Tidak lama lagi
Indonesia akan mengadakan pesta demokrasi elektoral Sembilan April 2014
mendatang untuk memilih Presiden dan wakil Presiden, juga memilih para wakil –
wakil rakyat sebagai penerima aspirasi, ide, dan keluhan masyarakat.
Pemimpin
Menurut Islam
Al-Quran dan Hadits sebagai pedoman
hidup umat Islam sudah mengatur sejak awal bagaimana seharusnya kita memilih
dan menjadi seorang pemimpin. Menurut Shihab (2002) ada dua hal yang harus
dipahami tentang hakikat kepemimpinan. Pertama, kepemimpinan dalam pandangan
Al-Quran bukan sekedar kontrak sosial antara sang pemimpin dengan
masyarakatnya, tetapi merupakan ikatan perjanjian antara dia dengan Allah swt.
"Dan ingatlah ketika Ibrahim
diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat perintah dan larangan (amanat), lalu
Ibrahim melaksanakannya dengan baik. Allah berfirman: Sesungguhnya Aku akan
menjadikan engkau pemimpin bagi manusia. Ibrahim bertanya: Dan dari keturunanku
juga (dijadikan pemimpin)? Allah swt menjawab: Janji (amanat)Ku ini tidak
(berhak) diperoleh orang zalim" (Q. S. Al-Baqarah, 2: 124).
Kepemimpinan adalah amanah, titipan
Allah swt, bukan sesuatu yang diminta apalagi dikejar dan diperebutkan. Sebab
kepemimpinan melahirkan kekuasaan dan wewenang yang gunanya semata-mata untuk
memudahkan dalam menjalankan tanggung jawab melayani rakyat. Semakin tinggi
kekuasaan seseorang, hendaknya semakin meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Bukan sebaliknya, digunakan sebagai peluang untuk memperkaya diri, bertindak
zalim dan sewenang-wenang. Balasan dan upah seorang pemimpin sesungguhnya hanya
dari Allah swt di akhirat kelak, bukan kekayaan dan kemewahan di dunia.
Abu Dzarr,
meminta suatu jabatan, Nabi saw bersabda: "Kamu lemah, dan ini adalah
amanah sekaligus dapat menjadi sebab kenistaan dan penyesalan di hari kemudian
(bila disia-siakan)".(H. R. Muslim). Sikap yang sama juga ditunjukkan Nabi
saw ketika seseorang meminta jabatan kepada beliau, dimana orang itu berkata:
"Ya Rasulullah, berilah kepada kami jabatan pada salah satu bagian yang
diberikan Allah kepadamu. "Maka jawab Rasulullah saw: "Demi Allah
Kami tidak mengangkat seseorang pada suatu jabatan kepada orang yang
menginginkan atau ambisi pada jabatan itu".(H. R. Bukhari Muslim).
Pemimpin yang
baik adalah bukan pemimpin yang meminta atau mengkampanye dirinya untuk
dipilih, bahkan dengan menggunakan bahasa – bahasa yang tidak islami untuk
mengatakan dirinya dan kelompoknya terbaik atau juga menjelek – jelekkan lawan
politiknya.
Kriteria
Pemimpin Dalam Islam
Dalam Islam
untuk melihat seorang politisi yang akan dipilih menjadi seorang pemimpin harus
mempunyai beberapa kriteria, karena dengan kriteria inilah sang pemimpin akan
menggambarkan bagaimana bentuk kepemimpinannya, dan ini sangat berpengaruh demi
perkembangan suatu daerah atau negara ke depan.
Islam telah
menjelaskan, sekurang – kurang pemimpin itu memiliki 10 kriteria, yaitu:
1. Beriman dan Beramal Shaleh
Pemimpin
yang beriman ia tidak akan mengubar janji – janji dan menjual imannya demi
sebuah jabatan, termasuk menjual belikan ayat – ayat Quran dan Hadits demi
kepentingan pribadi dan politiknya. Beramal shaleh adalah suri teladan yang
sangat perlu dicontohi dari seorang pemimpin, karena pemimpin ideal adalah
pemimpin yang dakwah bil hal bukan
cuma bil qaul.
2. Niat yang Lurus
“Sesungguhnya
setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang
(akan dibalas) sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah
dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang
hijrahnya karena urusan dunia yang ingin digapainya atau karena seorang wanita
yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya sesuai dengan apa yang diniatkannya
tersebut” (Diriwayatkan oleh dua orang ahli hadits yaitu Abu
Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari
(orang Bukhara) dan Abul Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An
Naisaburi di dalam kedua kitabnya yang paling shahih di antara semua kitab
hadits.
3. Laki – laki
Dalam Al-qur'an surat An nisaa' (4)
:34 telah diterangkan bahwa laki laki adalah pemimpin dari kaum wanita.
“Tidak akan beruntung suatu kaum
yang menyerahkan urusan (kepemimpinan) mereka kepada seorang wanita.”(Hadits
Riwayat Al-Bukhari dari Hadits Abdur Rahman bin Abi Bakrah dari ayahnya).
4. Tidak Meminta Jabatan
Rasullullah bersabda kepada
Abdurrahman bin Samurah Radhiyallahu’anhu,
”Wahai Abdul Rahman bin samurah! Janganlah kamu meminta untuk menjadi pemimpin.
Sesungguhnya jika kepemimpinan diberikan kepada kamu karena permintaan, maka
kamu akan memikul tanggung jawab sendirian, dan jika kepemimpinan itu diberikan
kepada kamu bukan karena permintaan, maka kamu akan dibantu untuk
menanggungnya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
5.
Berpegang
pada Hukum Allah
Allah berfirman, ”Dan
hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan
Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka.” (al-Maidah:49).
6. Memutuskan Perkara
Dengan Adil
Rasulullah bersabda, ”Tidaklah
seorang pemimpin mempunyai perkara kecuali ia akan datang dengannya pada hari
kiamat dengan kondisi terikat, entah ia akan diselamatkan oleh keadilan, atau
akan dijerusmuskan oleh kezhalimannya.” (Riwayat Baihaqi dari Abu Hurairah
dalam kitab Al-Kabir).
7. Menasehati Rakyat
Rasulullah bersabda, ”Tidaklah
seorang pemimpin yang memegang urusan kaum Muslimin lalu ia tidak
bersungguh-sungguh dan tidak menasehati mereka, kecuali pemimpin itu tidak akan
masuk surga bersama mereka (rakyatnya).”
8. Tidak Menerima Hadiah
Seorang rakyat yang
memberikan hadiah kepada seorang pemimpin pasti mempunyai maksud tertentu, oleh
karena itu, hendaklah seorang pemimpin menolak pemberian hadiah dari rakyatnya.
Rasulullah bersabda, ” Pemberian hadiah kepada pemimpin adalah pengkhianatan.” (Riwayat
Thabrani).
9. Tegas
Tegas dalam memimpin
adalah idaman setiap rakyat, sehingga pemimpin itu mempunyai suatu kominment
yang jelas, bukan plin plan yang membuat rakyat bingung.
10. Lemah Lembut
Doa Rasullullah : "Ya
Allah, barangsiapa mengurus satu perkara umatku lalu ia mempersulitnya, maka
persulitlah ia, dan barang siapa yang mengurus satu perkara umatku lalu ia
berlemah lembut kepada mereka, maka berlemah lembutlah kepadanya".
Selain
memiliki kriteria yang demikian, seorang pemimpin juga harus memiliki sifat Shiddiq (benar), Tabli’ (menyampaikan), amanah
(kepercayaan) dan fathanah
(berpendidikan), agar apa yang dipimpinnya terarah sesuai harapan agama dan
negara. Calon pemimpin yang baik ia tidak akan menyerukan kepada kemungkaran
dan tidak menjelek – jelekkan lawan politiknya.
Zulkifli S.Pdi
Alumni STAIN Malikussaleh dan Siswa Sekolah
Demokrasi Aceh Utara