NEWS OBSERVASI - Saat ini status Aceh
masih merupakan sebuah Provinsi di wilayah Barat Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Status ini sudah lama dinanti perubahan oleh Bangsa Aceh,
Opsi untuk membebaskan diri dari Perbudakan jawa masih mengalami berbagai
rintangan. Perjuangan panjang melawan penjajahan bertujuan untuk menjadikan
Aceh sebagai sebuah Negara bukan hanya sebatas MOU Helsinki dan UUPA yang
sampai dengan detik ini masih simpang siur.
Modus kemerdekaan untuk
Aceh tidak pernah diulas secara pasti, hingga pada Akhir perjuangan Gerakan
Aceh Merdeka (GAM) hanya melahirkan Raqan – Raqan yang kemudian memecah belah
rakyat Aceh sendiri. Hal tersebut terbukti saat DPR Aceh mengesahkan beberapa
Qanun yang kemudian di tantang oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia dan
Bangsa sendiri yang mengusulkan pisah alam yang kemudian membentuk Provinsi
alam impian, ALA – ABAS.
Aceh hari cukup banyak
mengalami pergeseran drastis yang menonjol di permukaan media, perpecahan demi
perpecahan yang di alami oleh Bangsa sendiri kian terbukti.pecahnya Partai
politik lokal merupakan sebuah obsesi besar yang membuktikan bahwa bangsa
sendiri bisa berkhianat hanya demi jabatan dan uang.
Pengkhianatan tersebut
terjadi akibat salah kaprahnya pengelolaan di tubuh Bangsa, rakyat aceh yang
sudah terpengaruh dengan modernisasi sehingga dengan sangat mudah terpengaruh
dengan gaya politik wong jawa. Pendidikan yang masih standar, pengalaman yang
masih minim, pemikiran yang masih kuno membuat kita sesama Bangsa Aceh saling
menyalahkan, saling menuding bahkan saling beradu Argumen tanpa komitmen yang
jelas.
Bangsa kita telah di
tendang, di perbudakkan, apa lagi yang bisa kita pertahankan ? emas dan perak
kita persembahkan untuk menajadi NKRI yang Sejati, tetapi malah TNI yang
dikirim untuk balas budi, apakah kita tidak sakit hati ?
Penindasan demi
penindasan telah kita rasakan, tipuan demi tipuan telah kita lewatkan. Aceh
berhak merdeka, perdamaian hanya sebuah permainan, MOU Helsinki hanya sebuah
tipuan. Begitu pun dengan UUPA yang kadang – kadang di ulas tapi tak di
publikasi. Kecaman terus terjadi, Mendagri selalu mempengaruhi aliran sesat
pikir kepada bangsa Aceh, Mendagri menjadi biang keladi pecahnya Aceh. Obsi
sekarang bukan lagi pada pemerintahan Daerah yang tidak pernah di hargai oleh
pusat, tetapi merdeka, bebas dari Jakarta adalah tujuan kita bangsa Aceh.
Ody Yunanda
Cempeudak - Kutamakmur