Mereka tidak hanya
duduk dan nongkrong saja, tetapi mereka mengisi waktu yang sedang kosong dengan
membuat kerajinan tangan, yaitu bunga hias. Uniknya, dalam membuat karya bermutu tersebut mereka memanfaatkan
batang pohon waru alias “bak siren”.
Dedi
irawan mengatakan bahwa dalam satu hari bisa menghasilkan 2 sampai 3 bunga hias
yang di jual dengan harga sekitar Rp. 100.0000;00 sampai 200.000;00.
Dedi pun
mengaku tingkat kesulitan dalam membuat karya berupa bunga hias dari
pemasangan bahan dan dijadikan satu bentuk yang lebih baik. Anak terakhir dari 7 bersaudara itu juga
menyampaikan harapannya untuk mempromosikan hasil karyanya
kepada khalayak luas. ”Saya ingin karya yang saya dan teman-teman
buat dapat dihargai oleh semuanya,” imbuhnya.
Tak
banyak diketahui ternyata pemuda di Desa Blang riek, Kecamatan Kutamakmur, memiliki kemampuan terpendam dalam
membuat karya kerajinan tangan yang layak jual,
sudah saatnya Pemerintah Aceh berhenti mencari kambing hitam untuk di hakimi
bersama, Sudah seharusnya Pemerintah memberikan kontribusi yang nyata demi
membangun Aceh dari tangan pemuda. (Ody)