Advertistment

 

 Banda Aceh, NESWS OBSERVASI: Sri Maulita (15), gadis yatim asal Gampong Meunasah Daboh, Reubee, Kecamatan Delima, Pidie kini nyaris tak bisa melanjutkan sekolahnya di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Gampong Aree. Setiap kali pulang dari sekolah yang berjarak sekitar tiga kilometer dari rumahnya, badan Sri Maulita langsung bergetar karena kelelahan.
Penyebabnya, penyakit bocor jantung telah menggerogoti kesehatan gadis yatim dari keluarga miskin ini. Di usianya yang sudah 15 tahun lebih, Sri Maulita hanya memiliki berat badan sekitar 16 kilogram. "Awalnya. saya tidak tahu kalau tubuh kurus anak saya ini akibat penyakit. Saya pikir biasa anak-anak malas makan, sehingga tubuhnya menjadi kurus," ungkap Darma (38), ibunda Sri Maulita, kepada Media di Banda Aceh, Sabtu (23/8).
Darma dan Sri Maulita yang ditemui usai mengambil obat di Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh mengatakan, penyakit bocor jantung yang diderita anaknya ini baru diketahui pada tahun 2013. Ketika Sri Maulita terus- terusan mengalami kelelahaan, hingga badannya bergetar, setiap kali pulang sekolah.
"Awalnya Maulita masih mampu mengayuh sepeda ke sekolahnya. Tapi dalam beberapa bulan terakhir ini, tak mampu lagi pergi ke sekolah secara rutin. Paling- paling dalam seminggu, hanya tiga hari saja dia ke sekolah. Itupun harus diantar oleh abangnya," ujar Darma.
Darma yang kehilangan suaminya, Mukhlis Ibrahim (meninggal pada tahun 2011), saat ini mengasuh tiga orang anak, yakni Arismunandar (17), Sri Maulita (15), dan Khairun Nisa Fitri (12). Sejak kehilangan ayahnya, ketiga anak ini membantu ibunya menggarap sawah milik warga di kampungnya, Reubee, Kecamatan Delima.
Ditanya tentang penanganan penyakit yang diderita anaknya, Darma mengatakan, sejak Februari 2012, anaknya sudah ditangani tim dokter RSUZA Banda Aceh. Saat itu sempat muncul harapan, anaknya akan dioperasi di rumah sakit milik Pemerintah Aceh ini.

Namun, belakangan diperoleh informasi tim dokter di RSUZA tidak mampu menangani kasus ini, sehingga sedang diupayakan untuk dirujuk ke rumah sakit di Jakarta.

"Menurut dokter, mereka sedang berupaya mengurus segala keperluan, sehingga tak harus lama-lama di Jakarta untuk menunggu jadwal operasi. Semoga semuanya berjalan dengan cepat dan lancar, karena kami sudah cukup lama menunggu jadwal operasi, sudah lebih dari enam bulan," ungkap Darma kepada Media Sabtu (23/8).
Sejauh ini, Media belum memperoleh konfirmasi dari pihak Rumah Sakit Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh, terkait jadwal dan upaya untuk membantu proses operasi gadis yatim ini. "Bagi kami yang berasal dari keluarga miskin yang tinggal di pedalaman, bantuan dari dokter dan semua pihak sungguh sangat berarti. Semoga proses ini bisa berlangsung cepat, agar anak saya bisa kembali melanjutkan sekolahnya," ungkap Darma dengan mata berkaca-kaca.

 
Top