NEWS OBSERVASI : Dalam orasi yang dilakukan di depan Gedung Mahkamah Konstitusi, Jumat (8/8/2014), seorang pendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa berorasi menolak Basuki Tjahaja Purnama atau biasa disapa Ahok menjadi gubernur DKI Jakarta. Ahok adalah politisi Partai Gerindra. Sebagai politisi Partai Gerindra, Ahok secara terbuka menyatakan memilih Prabowo dalam pilpres kemarin.
Untuk diketahui, dalam waktu dekat ini, akan terjadi pergantian pimpinan di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Jika Gubernur DKI yang saat ini telah berstatus presiden terpilih, Joko Widodo, harus mengundurkan diri, secara otomatis Wakil Gubernur DKI Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama akan naik jabatan menjadi gubernur.
Para simpatisan itu datang ke Gedung MK untuk memberi dukungan dalam sidang lanjutan gugatan hasil pilpres yang diajukan Prabowo-Hatta.
Dalam orasi di atas mobil terbuka, orator itu mengatakan, selama ini Indonesia selalu dikuasai oleh etnis tertentu. Sebagai warga pribumi, dia menolak dikuasai oleh etnis yang berasal dari luar Indonesia.
"Saya sebagai orang pribumi, menolak Ahok sebagai gubernur DKI Jakarta," ujar pria berambut panjang tersebut. Orasi itu sempat membuat salah satu tim relawan Prabowo-Hatta, Rosyid Abdad, keluar dan berbicara menggunakan pengeras suara.
Ia mengingatkan para pemberi orasi untuk memperhatikan kata-kata yang diucapkan agar tidak mengandung kata-kata kasar dan hal-hal yang berbau SARA. "Saya sedang rapat di dalam Gedung MK tiba-tiba dapat laporan ada yang berbicara kasar. Mendengar hal itu, saya segera keluar dan mengingatkan teman-teman yang lain," ujar Rosyid.
Saat dimintai konfirmasi soal orasi yang menyinggung Ahok, Rosyid mengatakan, hal itu merupakan kejadian spontan yang tidak disadari para simpatisan.
"Sebagian besar simpatisan itu tahu tapi tak paham dengan Pak Ahok. Itu hanya luapan emosi yang spontanitas saja. Tidak ada maksud untuk melecehkan," kata Rosyid.
Sumber: kompas.com