News Observasi, foto kutipan www.Acehinfo.com |
Ramadhan adalah bulan
penuh ampunan,bulan penuh rahmah dan hidayah bagi seluruh hamba yang ingin
meningkatkan iman dan taqwanya pada sang pencipta langit dan bumi. Dalam bulan
yang penuh hikmah ini tidak salahnya jika keakraban diantara sekalian muslim
terjalin dengan baik. Keakraban selalu diidentik dengan kebersamaan yang
membuat hubungan semakin dekat satu dengan yang lainnya, hal tersebut bisa saja
terjalin erat karena masalah kepentingan, pekerjaan, persaudaraan dan lain
sebagainya.
Melihat dari fenomena
keakraban yang terjadi dalam bulan ini, ada beberapa hal yang menjadi
ketertarikan tersendiri untuk dibahas, diantaranya adalah mengadakan acara buka
puasa bersama atau biasa disebut BUBAR. Buka puasa bersama adalah sunnah
hukumnya jika dilakukan bersama keluarga, sesama muslim, majelis taqlim, anak
yatim piatu serta fakir miskin (Said Jailani). Namun, yang menjadi masalahnya adalah ketika
acara buka puasa bersama dilaksanakan di warung makan, Café, retoran serta
tempat umum lainya dan dimotori oleh orang yang tidak mengindahkan agama dan rasa
sosial, bahkan selesai buka puasa bersama tidak adanya faedah yang didapatkan,
hal tersebut berupa tawa canda selesai berbuka,berfoto bersama sehingga
terjadinya kecemburuan sosial dah bahkan jarang yang terus bergegas untuk
melaksanakan shalat magrib dan memilih untuk tetap melepas kebersamaan ditempat
makan, tidak hanya itu, bahkan upat mengupatpun terjadi antar sesama, “si fulan
gak datang dia ya ?, banya bicara aja dia, si folen yang dari jauh aja datang”.
Fenomena yang terjadi demikian ditempat diadakannya makan bersama.
Menurut pantauan kami beserta
wartawan jurnal lainnya, dalam bulan yang penuh berkah ini dibeberapa rumah
makan Kota Lhokseumawe sering terlihat banyak orang masih saja duduk meski
shalat magrib sedang dilaksanakan dan bahkan sampai selesai shalatpun juga
masih berada di sana.
Dari hasil kesimpulan
wawancara dengan beberapa pemilik rumah makan Kota Lhokseumawe ketika kami
tanyakan mengenai penyediaan tempat ibadah beberapa rumah makan memang
menyediakan tempat shalat dan hal itu bukan kesalahan pemilik rumah makan,
semua itu tergantung dengan diri masing-masing.
Ody Yuanda yang
merupakan Warta Jurnal sekaligus
mahasiswa aktif dalam hal sosial yang sekarang akan kembali mengikuti
kontes Dai Muda Nusantara, mengatakan bahwa pemerintah Kota Lhokseumawe harus
tegas dalam hal ini, menyangkut budaya yang semakin hari akan menjadi dasar
masalah ketidakmampuan pemerintah dalam menegakkan syariat khususnya di Kota
Lhokseumawe.
Author News Observasi:USMANDANI
Usmandani.alves@gmail.com