Advertistment

 


NEWSOBSERVASI - Presiden Palestina Mahmud Abbas pada Minggu menerima permohonan pengunduran diri Perdana Menteri Rami Hamdallah, namun nampaknya krisis baru akan segera menyeruak.

Ini adalah kali kedua dalam 10 pekan, seorang perdana menteri Palestina mundur akibat perseteruan internal dan Abbas kini memiliki 35 hari untuk mencari penggantinya, kata pejabat Palestina.
Penerimaan Abbas atas pengunduran Hamdallah semula diwartakan AFP batal dilakukan, tetapi kemudian dengan cepat mendapat konfirmasi dari juru bicara Abbas, Nabil Abu Rudeina, hal sebaliknya diumumkan dalam pernyataan yang disiarkan melalui kantor berita WAFA.

“Presiden Palestina Mahmud Abbas hari ini menerima pengunduran diri Perdana Menteri Rami Hamdallah dan memintanya untuk melanjutkan sebagai `caretaker` hingga terbentuknya susunan pemerintah yang baru,” demikian pernyataan tersebut.

Keputusan itu diambil dalam rapat mereka berdua di Ramallah pada Minggu pagi, yang merupakan rapat ketiga mereka dalam 48 jam.

“Presiden menerima pengunduran diri Hamdallah karena ia menolak bekerja sama dengan dua deputinya,” kata sumber AFP yang tidak bersedia disebut namanya.

“Ia memintanya untuk tetap menjadi pengemban tugas hingga ia memilih seseorang lain untuk membentuk susunan pemerintah yang baru.”

Krisis terjadi pada Kamis ketika Hamdallah mengajukan pengunduran diri yang tidak terduga yang oleh pejabat pemerintah disebut sebagai “perang kekuasaan” sebagai akibat keputusan Abbas menunjuk dua deputi yang akan bertugas di bawah sang PM langsung.

Hamdallah mencabut permohonan mundurnya pada Jumat, setelah pertemuan –oleh pejabat tinggi disebut “positif” dengan Abbas selama dua jam.

Mereka kemudian melakukan pertemuan lagi selama 90 menit pada Sabtu petang, meskipun para pejabat menutup rapat-rapat mengenai pertemuan itu.

Namun pada Minggu pagi suasananya tidak dapat diperbaiki, Abbas memutuskan menerima pengunduran diri tersebut.

Hamdallah ditunjuk menjadi PM oleh Abbas pada 2 Juni dan disumpah dalam kedudukan pemerintah baru empat hari kemudian dan menjadi marah atas keputusan Abbas menunjuk dua deputi untuk bekerja di bawahnya, kata sumber dari kantor PM.

Selama pembicaraan dengan Abbas pada Jumat, Hamdallah dengan tegas meminta “kejelasan dan ketetapan kekuasaan sebagai perdana menteri dan untuk para deputinya, berdasarkan aturan hukum, sehingga otoritasnya tidak terganggu,” kata pejabat.

Sumber lain mengatakan bahwa perdana menteri kecewa atas perlakuan dua deputi Ziad Abu Amr dan Mohammed Mustafa dan usaha mereka untuk memperoleh kekuasaan yang bukan dirancang bagi mereka.

Mustafa, Kepala Dana Investasi Palestina menganggap dirinya sebagai calon pemegang jabatan tertinggi ketika mantan perdana menteri Salam Fayyad mengundurkan diri pada April, dan diberi peran sebagai konsultan ekonomi.

“Mustafa mendapat kekuasaan dari Abbas untuk menandatangani seluruh perjanjian ekonomi khususnya dengan Bank Dunia tanpa melibatkan Hamdallah,” katanya.

Hamdallah keberatan karena kekuasaan seperti itu seharusnya ada pada perdana menteri.
Pengunduran diri Fayyad pada April juga dipicu oleh konflik internal dengan Abbas yang maju memimpin setelah menteri keuangan mengundurkan diri.

(cahayareformasi)
 
Top