Advertistment

 



 Hampir semua menteri Kabinet Indonesia Bersatu II turun ke lapangan sesuai instruksi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk memantau distribusi dana tunai kompensasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang dinamakan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM).

Penyaluran BLSM dimulai sejak Sabtu, 22 Juni 2013, 10 jam setelah pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi. Untuk tahap pertama, BLSM dibagikan di 14 kota. “Insya Allah, sampai akhir Juni 2013 ini jangkauan BLSM sudah seluruh provinsi,” kata Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring yang memantau pembagian BLSM di Medan, Sumatera Utara, Sabtu kemarin.

Tifatul yakin BLSM bisa terdistribusi dengan tepat karena penerima BLSM kini telah dibekali Kartu Perlindungan Sosial (KPS) yang (mudah-mudahan) tidak bisa dipalsukan karena menggunakan sistem barcode. Diharapkan, KPS tidak bisa dipindahtangankan atau diijonkan, sehingga 25 persen atau 62 juta penduduk miskin dan hampir miskin yang menjadi target BLSM, bisa sungguh-sungguh mendapatkan hak mereka.

Daftar penerima BLSM ditentukan dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang telah melakukan Program Pendataan Perlindungan Sosial (PPLS) pada tahun 2011. Kepala BPS Suryamin menyatakan data BPS itu akurat dan disusun dengan metodologi spesifik. Namun, Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi mengatakan akan memperbarui data penerima BLSM setelah proses penyaluran tahap I selesai.

Mendagri mengatakan pemerintah paling lama memerlukan waktu satu bulan untuk memperbaiki data BLSM. Ada kemungkinan data penerima BLSM berubah, misalnya karena seseorang mengalami perubahan status akibat tergusur atau malah naik kelas menjadi orang yang lebih sejahtera. Bisa juga karena orang yang terdaftar sebagai penerima BLSM itu pindah domisili atau bahkan meninggal dunia, sementara ahli waris belum ditetapkan.

Gamawan menyatakan persentase warga di seluruh Indonesia yang batal menerima BLSM karena faktor-faktor perubahan di atas hanya sekitar 2.000 dari total 15,5 juta keluarga (62 juta individu). Secara keseluruhan, ia puas dengan distribusi BLSM yang disalurkan melalui PT Pos Indonesia.

“Dengan kantor pos, cepat sekali prosesnya. Realisasi gerakan data di seluruh Indonesia bisa diketahui real time karena sistemnya online, sehingga kapanpun bisa dikontrol pemerintah,” kata Mendagri yang memantau pembagian BLSM di Kantor Pos Besar Jakarta Pusat.

Minim informasi

Namun, seperti telah diperkirakan sebelumnya, distribusi BLSM bukan tanpa masalah.


Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan yang memantau penyaluran BLSM di Kantor Pos Nunukan, Solo, meminta maaf kepada ribuan warga yang mengantre karena minimnya informasi yang diberikan terkait pembagian BLSM itu. Meskipun Kantor Pos Nunukan telah menyiapkan delapan loket, namun antrean warga yang hendak mengambil jatah BLSM tetap saja panjang.

Banyak warga yang mengira tak akan dilayani jika datang di atas pukul 09.00 WIB. “Itu informasi yang salah. Jam berapapun datang ke kantor pos, tetap bisa dilayani. Ini salah saya (pemerintah) karena tidak menjelaskan sebelumnya terkait cara pembagian BLSM. Saya minta maaf,” kata Dahlan di Kantor Pos Nunukan, Solo, Senin 24 Juni 2013.

Dahlan mengatakan pelayanan pembagian BLSM dilakukan dari pagi hingga sore hari. Kantor pos baru tutup pukul 17.00 WIB. Apabila tidak bisa mengambil BLSM hari ini, besok dan minggu depan pun bisa karena jangka waktu penyaluran BLSM masih sampai tanggal 2 Desember 2013.

Oleh sebab itu Dahlan meminta kepada warga untuk tidak tergesa-gesa mengambil BLSM. “Jadi, kalau Ibu-ibu mau masak, istirahat, atau kerja dulu, tidak apa-apa. Bapak-bapak dan Ibu-ibu tidak usah khawatir BLSM-nya hangus atau hilang jika tidak diurus hari ini. Masih bisa hingga 2 Desember nanti,” kata Dahlan melalui pengeras suara di Kantor Pos Nunukan, didampingi Direktur Utama PT Pos Indonesia, I Ketut Mardjana.

Sementara itu, di Kantor Pos Besar Surabaya antrean justru tak mencolok. Namun Menteri Pendidikan M. Nuh yang memantau distribusi BLSM di situ merasa kasihan dengan para orang tua yang berumur di atas 60 tahun yang harus mengambil sendiri jatah BLSM mereka ke kantor pos.

Di Kantor Pos Besar Surabaya, pengambilan BLSM tak bisa diwakilkan. Ini berbeda dengan Kantor Pos Palembang yang mengizinkan penerima BLSM diwakili keluarganya dalam mengambil jatah BLSM. Pihak keluarga yang mewakili tinggal membawa fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK) sebagai syarat.

Nuh mengatakan pada tahap II penyaluran BLSM nanti kebijakan ini harus diubah. “Penerima yang sudah tua seharusnya tidak perlu datang. Bisa diwakili asal syaratnya lengkap, misalnya membawa Kartu Perlindungan Sosial. Kalau perlu petugas kantor pos yang mengantarkan langsung ke rumah penerima yang sudah sepuh,” kata dia.

Demokrat untung

Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Network, Minggu 23 Juni 2013, merilis hasil survei yang menyebut BLSM menjadi berkah bagi Presiden SBY dan Partai Demokrat. LSI Network mengatakan program BLSM punya efek elektoral atau naik-turunnya dukungan publik terhadap SBY dan Partai Demokrat.

Hasil survei bertajuk “Politik Kebijakan BBM, BLSM, dan Efek Elektoralnya” itu memperlihatkan 46,95 persen responden berpendapat SBY paling berjasa dalam menggelontorkan dana kompensasi kenaikan harga BBM itu, diikuti 11,47 persen responden yang menganggap Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa yang punya andil, dan sisa 16,12 persen lainnya mengatakan tokoh di luar keduanya yang berperan.

Soal partai, sebanyak 49,45 responden mengatakan Partai Demokrat lah yang paling berjasa. Hanya 16,63 persen responden yang menilai partai politik lain yang harus diberi kredit. “SBY dan Partai Demokrat mampu membentuk citra bahwa mereka adalah pihak yang paling berjasa. Itu merupakan senjata SBY dan Partai Demokrat untuk menarik simpati publik pada Pemilu 2014,” kata peneliti LSI Adjie Alfaraby.

Pamor politik SBY dan Demokrat diprediksi akan kembali bersinar bila pemerintah kembali memberikan BLSM menjelang Pemilu 2014, atau justru menurunkan harga BBM bersubsidi seperti yang pernah dilakukan SBY sebelumnya. “Kita lihat saja nanti apakah kedua hal tersebut bakal terjadi,” ujar Adjie di kantor LSI, Jakarta Timur.

Ia mengatakan SBY dan Demokrat juga pernah meraup berkah serupa ketika pada tahun 2008 dan 2009, menjelang Pemilu 2009, pemerintahan SBY dua kali menurunkan harga BBM dan menggelontorkan program Bantuan Langsung Tunai (BLT).

Masih dalam survei yang sama, sebanyak 58,92 persen responden menyatakan setuju dengan pemberian BLSM kepada rakyat miskin, dan hanya 29,12 persen yang tidak setuju. “Mereka yang menyatakan setuju dengan pemberian BLSM berasal dari lintas segmen, mulai masyarakat desa maupun kota, lelaki maupun perempuan, pendidikan tinggi maupun rendah, serta pemilih partai oposisi maupun partai pemerintah,” kata Adjie.

Akan tetapi, dalam survei itu 72,33 persen responden mengatakan tidak yakin penyaluran BLSM akan tepat sasaran. Hanya 24,37 persen yang yakin BLSM tepat sasaran.

Survel terkait program BLSM ini dilakukan terhadap 1.200 responden dengan tingkat kesalahan (margin of error) 2,9 persen.

(viva.co.id)
 
Top