Badan Nasional Penanggulangan Bencana melaporkan bahwa hingga
hari Rabu (03/07) jumlah korban tewas akibat gempa di Kabupaten Bener
Meriah, Aceh, telah mencapai 22 orang.
Gempa berkekuatan 6,2 Skala Richter yang terjadi kemarin itu juga mengakibatkan lebih dari 200 orang cedera dan ribuan bangunan serta rumah rusak.
Dalam pernyataan yang diterima BBC Indonesia, di
Aceh Tengah terdapat 10 orang meninggal, 140 orang luka-luka dan
dirawat di RSUD dan 1.500 bangunan mengalami kerusakan.
BPBD Aceh Tengah mengatakan enam dari 10
korban tewas adalah anak-anak. Mereka sedang mengaji di masjid ketika
masjid itu ambruk.
"Enam anak ditemukan tewas tertimpa reruntuhan
masjid yang rata dengan tanah akibat gempa," kata kepala BPBD Aceh
Tengah Subhan Sahara, seperti dikutip kantor berita AFP.
Lokasi pengungsian tersebar di 10 titik.
Sedangkan di Kabupaten Bener Meriah, korban tewas 12 orang meninggal dan
ada 70 orang korban luka yang dirawat di RSUD Bener Meriah serta
puskesmas.
Selasa malam, warga kembali dikejutkan dua gempa susulan yang masing-masing berkekuatan 5,5 dan 5,3 Skala Richter.
Kedua gempa berada di darat dan tidak berpotensi tsunami. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
(BMKG) mekanismenya sama dengan gempa sebelumnya yaitu sesar geser
menganan.
Bagian timur dari sumber gempa bergerak ke tenggara dan bagian
baratnya bergerak ke barat laut. Sumber gempa berasal dari sesar aktif
di daratan pada segmen Aceh dari sesar Sumatra.
BNPB mengatakan gempa susulan itu dirasakan cukup kuat oleh masyarakat di Bener Meriah dan Aceh Tengah.
BNPB hari ini mengirim satu helikopter TNI AU
dari Pekanbaru ke Aceh untuk membantu penanganan gempa, terutama di
wilayah antara Bener Meriah dan Aceh Tengah.
Kepanikan yang dirasakan warga, tidak lepas dari
sejarah kelam gempa besar berkekuatan 9.1 yang mengguncang Aceh dan
wilayah Sumatra lainnya pada 2004.
Dua ratus tiga puluh ribu orang di 13 negara tewas akibat bencana itu.
Sumatera, pulau terbarat Indonesia, memiliki
sejarah gempa besar serta tsunami yang dipicu oleh pesisir pantai di
sepanjang pulau tersebut, di mana lempengan tektonik India-Australia
berada di bawah lempengan Eurasia.
Hal ini menciptakan palung laut dalam karena
setiap lempengan menyusup ke bawah lempengan lainnya sebanyak satu
sentimeter per tahun.