Menjelangnya ramadhan, ianya pun telah tiba, semangat pemuda
pemudi Aceh semakin hangat dan menggema
di berbagai pelosok maupun perkotaan, tadarus menjadi obsesi utama dalam
kalangan masyarakat Aceh dan pada khususnya umat muslim dari berbagai belahan
bumi di dunia.
Kehidupan malam seribu bulan, di bulan suci ramadhan menjadi
hangat di kehidupan malam, dengan mengemanya alunan-alunan ayat suci al-qur’an,
kultum dan tausiah-tausiah keagamaan dalam kalangan masyarakat Aceh pada
khususnya menjadi fenomena setiap kali datangnya malam seribu bulan, Kendati
demikian, bulan seribu berkah telah dinanti-nanti dari sekian lama oleh kaum
muslimin belahan dunia.
Semarak tadarus bukan lagi hal yang asing didengar setiap
kali datangnya bulan suci ramadhan, hal tersebut seiring Aceh dalam kondusif
aman, masyarakat Aceh tidak lagi was-was dengan keluar malam dalam rangka menghadiri pengajian bersama maupun tadarusan
di berbagai daerah, semarak tadarus semaraknya ramadhan, hidunya tadarus
menjadi pertanda semarak ramadhan di berbagai pelosok Aceh khususnya.
Semarak tadarus tak dapat dipisahkan dengan semaraknya
ramadhan, dengan adanya tadarusan menjadi
sebuah tanda masyarakat masih kental dengan spritualnya, tadarusan
maupun pengajian-pengajian diberbagai Desa maupun perkotaan merupakan kekokohan spritual islami dalam
kalangan masyarakat Aceh.
Aceh terus menerus mempertahankan keagamaan dengan berpegang
kepada tauhid, percaya akan Allah Swt dan para rasulnya yang telah diutuskan di
permukaan bumi serta menjadikan manusia sebagai khalifah terhadap pengendalian
kesetaraan bumi dengan sekalian isinya, yang mana kerusakan bumi adalah dengan
kerusakanya tangan-tangan manusia yang jahil. Maka dari itu tadarusan di bulan
suci ramadhan menjadi salah satu menghidupkan bumi dan memperkokohkan
tiang-tiangnya, dengan berjalannya semarak tadarusan berjalan lah sebuah
keagamaan dalam kalangan masyarakat Aceh. (Ody)