OBSERVASI | JAKARTA :
Mata uang rupiah pada Rabu pagi kembali melemah karena
masih dibayangi sentimen negatif eksternal antara lain pengurangan
stimulus keuangan bank sentral AS (the Fed).
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu
pagi bergerak melemah sebesar 120 poin menjadi Rp10.850 dibanding
sebelumnya di posisi Rp10.730 per dolar AS.
“Nilai tukar rupiah masih dibayangi kondisi eksternal yakni
kekhawatiran pelaku pasar terhadap pengurangan stimulus moneter the Fed
menjelang publikasi hasil pertemuan FOMC (Federal Open Market
Committee),” kata analis pasar uang Monex Investindo Futures, Zulfirman
Basir, di Jakarta, Rabu (21/8/2013).
Ia menambahkan investor pasar uang juga sedang cemas dengan
berlarutnya defisit neraca perdagangan Indonesia, tingginya inflasi,
perlambatan ekonomi, dan turunnya cadangan devisa Indonesia.
“Meski demikian, pelemahan masih bersifat bertahap dan terkendali
seiring Bank Indonesia (BI) tetap berkomitmen menjaga stabilitas
rupiah,” ujar dia.
Ia memproyeksikan pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS
pada Rabu akan diperdagangkan di kisaran Rp10.700–Rp11.000 per dolar AS.
Sementara itu Chief Analyst Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong,
mengatakan pelemahan kurs juga terjadi secara umum di negara kawasan
Asia yang lain, seperti India.
“Namun, pelemahan rupee India terjadi secara perlahan, tidak seperti
rupiah yang langsung anjlok beberapa hari terakhir ini. Padahal,
sentimen negatif dari data inflasi dan defisit neraca perdagangan sudah
diketahui pasar sebelumnya,” kata dia.
Ia menambahkan rupiah dapat kembali stabil jika pada hari ini dana
asing kembali masuk ke pasar modal, sehingga pelemahan rupiah bisa
sedikit tertahan.
Sumber: Acehterkini.com