OBSERVASI -
Berikut ini tulisan ke dua ustadz Abu Bakar Ba’asyir mengenai tanggapan
atas syarat-syarat zalim pemberian remisi maupun pembebasan bersyarat
yang sempat beredar di LP Pasir Putih, Nusakambangan, Cilacap. Dimana
persyaratan tersebut persis seperti persyaratan yang tertuang dalam PP
No. 99 Tahun 2012.
Tanggapan persyaratan nomor dua; Setia dan taat kepada Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sebagai
seorang muslim saya hanya wajib setia (berwala’) kepada syari’at islam,
daulah / khilafah islamiyah saja. dilarang keras setia dan taat kepada
ideologi-ideologi ciptaan akal manusia, ajaran agama-agama diluar islam
dan dilarang taat kepada negara-negara kafir.
Hal ini dijelaskan oleh Allah SWT dalam FirmanNya:
وَأَنَّ
هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ
فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ
تَتَّقُونَ
“Dan
bahwa (yang kami perintah) ini adalah jalanku yang lurus maka ikutilah
dia dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena
jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya, yang demikian itu
diperintahkan oleh Allah kepadamu agar kamu bertakwa” (Al-An’am (6) : 153)
Dengan tegas Allah SWT dalam ayat ini menerangkan bahwa :
- Muslim hanya wajib setia kepada Jalan Allah (syari’at Islam) saja
- Muslim dilarang setia (berwala’) kepada jalan-jalan lain yakni agama-agama diluar Islam dan ideologi-ideologi ciptaan akal manusia (demokrasi, sosialis, kapitalis, liberalis, pancasila dan lain-lain)
- Ciri orang bertakwa hanya setia (berwala’) kepada syari’at Islam saja dan membuang semua ajaran-ajaran agama diluar Islam dan ideologi-ideologi ciptaan akal manusia sebagai dasar mengatur semua aspek kehidupan (pribadi, keluarga, masyarakat dan Negara)
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menafsirkan ayat ini disebut dalam riwayat sebagai berikut:
كُنَّا
جُلُوسًا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَخَطَّ
خَطًّا هَكَذَا أَمَامَهُ فَقَالَ هَذَا سَبِيلُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
وَخَطَّيْنِ عَنْ يَمِينِهِ وَخَطَّيْنِ عَنْ شِمَالِهِ قَالَ هَذِهِ
سَبِيلُ الشَّيْطَانِ ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ فِي الْخَطِّ الْأَسْوَدِ ثُمَّ
تَلَا هَذِهِ الْآيَةَ
وَأَنَّ
هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ
فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ
تَتَّقُونَ
Dari
Jabir ia berkata, “kami duduk disisi nabi saw lalu beliau membuat garis
seperti ini (garis lurus) didepannya seraya mengatakan, “ini adalah
jalan Allah” lalu beliau membuat dua garis disebelah kanannya dan dua
garis disebelah kirinya seraya mengatakan “ini adalah jalan-jalan
syaitan”
Kemudian beliau meletakkan tangannya digaris yang ada ditengah kemudian beliau membaca ayat ini :
“Dan
bahwa (yang kami perintahkan) ini adalah jalan Ku yang lurus, maka
ikutilah dia dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang lain, karena
jalan-jalan itu menceraikberaikan kamu dari jalanNya, yang demikian itu
diperintahkan oleh Allah kepadamu agar kamu bertakwa” (HR. Ahmad). (dikutip dari terjemahan shahih tafsir Ibnu Katsir jilid 3 halaman 482-483)
Dalam menafsirkan ayat tersebut Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menegaskan:
- Bahwa jalan hidup yang lurus itu hanya jalan Allah yakni agama yang diwahyukan oleh Allah (agama Islam)
- Bahwa semua jalan-jalan hidup selain jalan Allah (yakni : semua agama diluar Islam, dan semua ideologi-ideologi ciptaan akal manusia) adalah jalan-jalan syetan yakni ajaran yang diciptakan karena bisikan syetan. Karena pancasila adalah ideologi ciptaan akal manusia (Sukarno) maka tidak mungkin lepas dari bisikan syetan sebagaimana keterangan nabi di atas.
Maka pancasila adalah ideologi syirik yang haram diamalkan, maka saya hanya bersedia setia (berwala’) dan taat kepada hukum Allah SWT saja.
(voa-islam.com)