Add caption |
OBSERVASI _ Bulan Ramadhan telah usai.Bulan penuh rahmat dan anugerah Tuhan telah melambaikan salam perpisahannya. Ia takkan kembali lagi menjenguk kita.
Demikian pula dengan lebaran kita. Dia telah berlalu dengan membawa sejumlah catatan kesucian batin dan perdamaian kemanusiaan kita. Bagi yang telah menyublimasi ruang batinnya, dia akan menembus hijab di setiap saat, bermesra kasih dengan Tuhan di setiap waktu, menembus arasy bila berdoa, dan menggetarkannya bila berduka.
Bagi yang telah berdamai, kehidupan baru akan segera diraihnya. Luka kehidupannya bakal tersulam lewat benang-benang kasih sayang dan anyaman kerinduan antar sesama, serta dijaminkan mahligai syurga kenikmatan oleh Tuhan. Dia kembali diputihkan jiwanya, disucikan sanubarinya.
Dan sebaliknya, bagi yang masih memendam amarah dan murka, Tuhan tetap tanggguhkan kemurkaanNya dengan curahan kasih sayangNya. Namun tak memiliki jaminan kasih sayang abadiNya.
Ibarat luka, makin hari makin berulat, bernanah, dan menular. Dialah sosok manusia yang bertabiat binatang di dunia, dan manusia yang dibangkitkan dalam jlemaan binatang di hari pembalasan Ilahi.
Sekali lagi, puasa dan Idul Fitri telah berlalu.
Ohh…..nyatanya masih ada yang terlupa. Kita khilaf padanya. Kerap kali kita menganiayanya,mengurasnya, dan membantainya. Kita kobarkan semangat keuntungan kapital di atas ratapan ketersiksaannya. Kita pertaruhkan hidupnya untuk kesenangan semu. Atas nama aset kita komersilkan, atas nama pendapatan asli daerah kita pertaruhkan. Bagi yang membelanya kita berikan gelaran Tolol alias Bahlul. Sebaliknya bagi yang “menyantapnya”, diberikan penghargaan yang berlebih.
Dialah Alam, yang menyeret ombak menjadi Tsunami di Aceh, yang baru saja berontak atas nama Gempa Bumi di Padang Pariaman.
Kepada Alam, kita lupa mengingatmu di hari lebaran. Padahal kami sering menyakitimu.
Kepada Alam, engkau ajarkan pada kami arti keadilan dan keseimbangan, namun kami lupa dan lupa…
Kepada Alam, kami lebih terpana oleh pesona keserakahan.
Kepada Alam, terima kasih atas peringatanmu di setiap waktu. Tapi kami mohon kepadamu, sudilah menerima wajah kusam-muram penyesalan kami.
Kepada Alam, jangan marah lagi ya..
Kepada Alam, peace…..
(Nursalim Ismail)