OBSERVASI _ Sore
itu, Suasana di Warkop Bang Pen begitu sunyi, selain warungnya tutup
karena bang Pen keluar kota, suasana mendung pun tak mendukung daerah
Buloh Blang Ara kala itu. Terlihat disebuah kursi warkop itu, seorang
pemuda dengan Notebook sederhanaya sedang memposting berita disebuah
media lokal. Ia adalah Ody Yunanda, Seorang Pemuda Asal Buloh
Blang Ara yang sekarang menjalani pendidikan teknik Sipil di sebuah
Jurusan ternama dia Provinsi Aceh.
Ody, begitulah panggilan pemuda 2 bersaudara ini. Selain menjadi
mahasiswa, Ody juga aktif di berbegai organisasi baik internal maupun
eksternal. Pengurus Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ)
Cempeudak ini memang terlihat tegar saat berada bersama kawan –
kawannya. Namun, dibalik layar kehidupan Ody terdapat berjuta harapan.
Ia adalah seorang mahasiswa yang berasal dari keluarga yang sederhana.
Pemuda yang menguasai bidang Syarhil Qur’an ini selain kuliah, posting
berita dan berkiprah dalam Organisasi, kehidupannya sehari – hari adalah
menderes karet milik keluarganya yang berada di belakang lapangan bola
Desa Cempeudak Kecamatan Kutamakmur.
Dari hasil itulah, ia mengumpulkan dana untuk membiyai kuliahnya
walaupun sebagiannya ditanggung oleh orang tuanya. Ody tidak pernah
mengeluh tentang kehidupannya, bagi dia, pendidikan dan pengalamanlah
yang utama.
Ia tidak pernah malu saat dia lewat menggunakan sepeda motor tuanya
dengan memakai baju kerja yang dipenuhi getah karet. Sepulang kuliah, ia
langsung menggantikan almamaternya dengan baju kerja dan manuju
belakang lapangan bola Desa Cempeudak. Dengan sabar Ody mengepas kulit
pohon karet dan menunggu cairan putih itu keluar.
Ody menjual hasil deresannya kepada Toke (Juragan :red) geutah di Desa
Seuneubok Drien. Walaupun usahanya dihargai dengan nilai yang cukup
rendah, hanya 6 Ribu rupiah per kilogramnya, ia terus berharap, semoga
cita – citanya tercapai walaupun saat ini berposisi sebagai penderes.
Penulis : Zulfan
(Wartawan Metro Aceh - Harian Pagi Rakyat Aceh)