NEWS OBSERVASI - Sebelumnya saya pernah memuat tulisan tentang,”Lembaga DPR Beralih Jadi
Lembaga Percobaan dan Penghiburan”. Nah, saat ini sudah diambang pintu
untuk pelaksanaan pemilu legislatif. Dari ribuan calon legislatif
tersebut, ada yang namanya cukup populer dan ada yang sama sekali tak
pernah terdengar namanya. Ya, mereka adalah para artis, pengusaha,
tukang cendol, mantan tukang parkir, pengacara hingga pengangguran yang
ikut menjajal peruntungan di kancah politik tersebut.
Dengan partisipasi artis, pengangguran, yang berlatarbelakang bukan
seorang politisi yang mencoba-coba terjun ke dunia politik dengan
mencalonkan jadi legislatif, sehingga saya berargumen seolah-olah
Lembaga Pengawasan, Pembuat Undang-undang itu benar-benar seperti
lembaga percobaan, lembaga penghiburan.
Terlepas dari hak setiap warga negara untuk memilih dan/atau dipilih
dalam pemilihan umum, hal ini perlu dicermati dan direnungkan bersama,
bahwa sebenarnya DPR/DPRD itu bukanlah kedudukan atau pekerjaan yang
enak. DPR/DPRD itu adalah kedudukan yang seharusnya diduduki orang-orang
yang profesionalitas, pengabdia, dan berkualitas di semua
komisi-komisi, karena lembaga legislatif itu adalah lembaga pengawasan
birokrasi pemerintahan, lembaga penyusun kebijakan/undang-undang dan
anggaran pendapatan belanja negara (APBN) maupun APBD.
Dengan fenomena ini, saya geleng-geleng kepala, dan membayangkannya
bagaimanakah arah negara ini kedepannya jika diisi oleh orang-orang yang
mengandalkan popularitas saja. Memang, pada dasarnya tidak salah jika
para artis mencoba untuk terjun ke dunia politik.Tapi, maklum tugas
legislator tidaklah mudah. Karena yang kita tahu, para artis, sebagian
besar dari mereka jauh dari panggung politik. Bukan tidak mungkin jika
mereka ‘buta politik’, walau ada beberapa orang saja artis yang lumayan
punya rasionalitas politik yang baik seperti Rieke Dyah Pitaloka (Oneng)
dan Tantowi Yahya.
Tapi artis yang terjung ke dunia politik (caleg) tak bisa juga
disalahkan. Umumnya, mereka justru dipinang oleh partai politik. Partai
politik beralasan, dengan modal popularitasnya sebagai artis diharapkan
peluang untuk mendulang dukungan dari rakyat walau mengesampingkan
elektabilitas partai. Bukan perkara mudah untuk lolos menjadi anggota
legislatif. Para Caleg harus kampanye agar dipilih oleh rakyat. Dari
total caleg 6.576 orang, hanya 560 yang akan terpilih menjadi anggota
DPR RI yang duduk di kursi Senayan. Para caleg harus merogoh kantong
lumayan besar untuk ongkos kampanye dan lain-lainnya. Besarnya ongkos
politik untuk menuju senayan, seolah-olah menjadi ajang bisnis. Para
caleg berpikir bahwa pengeluaran yang cukup besar itu akan terbayar
semuanya setelah duduk menjadi anggota DPR.
Berdasarkan Surat Edaran Setjen DPR RI No. KU.00/9414/DPR RI/XII/2010
tentang Gaji Pokok dan Tunjangan Anggota DPR adalah Rp 54,9 juta per
bulan (ketua) dan Rp 51,5 juta per bulan (anggota).
Jika ditotal pendapatan rutin selama 12 bulan (1 tahun) x 5 tahun = Rp
3,294 untuk ketua dan Rp 3,090 miliar untuk anggota. Jumlah ini masih
ditambah beberapa tunjangan lain seperti fasilitas ke luar negeri, dana
reses, uang sidang dan lain-lain. Jadi, rata-rata pendapatan yang duduk
di Senayan itu bias dikatakan hampir 1 miliar per bulan. Siapa yang
tidak tergiur?
KONDOM BEKAS PAKAI BERSERAKAN DI GEDUNG DPR RI
Seperti yang dimuat akun grup anonim “INDONESIA TANAH AIRKU” di media sosial Facebook dengan yang memposting tingkah laku oknum-oknum pengisi gedung senayan tersebut. Dalam postingan tulisan itu disebutkan; Wajah para sekretaris anggota DPR RI yang cantik-cantik dan seksi itu boleh memerah karena skandal seks antara anggota dewan dengan para sekretarisnya yang dilakukan secara kilat di toilet-toilet gedung DPR RI mulai tercium khalayak luas. Kebobrokan moral anggota dewan dan sekretarisnya dilakukan tanpa lagi malu-malu. Setelah lampiaskan napsu, seenaknya mereka buang begitu saja bekas bungkus pelindung (kondom) di tempat sampah toilet.
Seperti yang dimuat akun grup anonim “INDONESIA TANAH AIRKU” di media sosial Facebook dengan yang memposting tingkah laku oknum-oknum pengisi gedung senayan tersebut. Dalam postingan tulisan itu disebutkan; Wajah para sekretaris anggota DPR RI yang cantik-cantik dan seksi itu boleh memerah karena skandal seks antara anggota dewan dengan para sekretarisnya yang dilakukan secara kilat di toilet-toilet gedung DPR RI mulai tercium khalayak luas. Kebobrokan moral anggota dewan dan sekretarisnya dilakukan tanpa lagi malu-malu. Setelah lampiaskan napsu, seenaknya mereka buang begitu saja bekas bungkus pelindung (kondom) di tempat sampah toilet.
Bagi anggota dewan dan sekretarisnya, skandal seks di toilet DPR
kelihatannya jauh lebih aman dan nyaman dibanding diluar sana yang
resiko gegernya lebih besar. Bagaimana tidak akan menjadi geger. Kamera
wartawan ada dimana-mana, sementara sebagai wakil rakyat, wajah mereka
begitu mudah dikenali. Salah langkah sedikit saja bisa jadi konsumsi
berita publik yang berakibat dipecat karena pelanggaran etika. Maka seks
kilat di area gedung DPR menjadi pilihan paling aman.
Beberapa lokasi di area gedung DPR RI situasinya memang sepi, termasuk
toilet-toilet dan ruang-ruang yang banyak kosong tidak terpakai. Situasi
ini semakin mendukung aksi skandal mereka. Ketua DPR RI, Marzuki Ali,
tidak menampik skandal ini. Tapi ia tak dapat berbuat banyak kecuali
hanya meminta supaya tidak ada lagi kondom-kondom yang ditemukan di
tempat sampah.
Sebuah media ibukota melansir pernyataan pengamat politik, Karel
Susetyo, bahwa gedung DPR yang luas memang rawan asmara seks dan
perselingkuhan, banyak ruang kosong yang sepi dan jarang terpantau
orang.
“Gedung luas dan tempat sepi ini yang menjadi rawan. Ini kan masalah
moral. Tentu harus dikembalikan ke parpol, biar parpol yang bertanggung
jawab, kenapa bisa memilih caleg tidak bermoral”, tandas Susetyo.
Media itu juga melansir data dari Badan Kehormatan DPR yang banyak
menampung laporan dan aduan perselingkuhan antar anggota dewan ataupun
dengan sekretarisnya. Aduan itu dilaporkan mulai dari suami atau istri
para anggota dewan. Bahkan ada juga yang datang dari pihak luar yang
mengetahui skandal seks di area gedung DPR.
Skandal seks di lingkungan gedung DPR RI sudah bukan rahasia lagi.
Petugas cleaning service yang bertugas di sana sudah bosan dengan
penemuan kondom yang berserakan hampir di setiap sudut gedung. Bahkan
seorang petugas cleaning service mengaku tidak sengaja pernah memergoki
pasangan mesum di dalam toilet. Tapi, lima lembar uang seratus ribuan
pun masuk ke sakunya, katanya sebagai uang tutup mulut.
Kasus perselingkuhan sesama staf anggota DPR pernah diungkap Ivan
Fadilla terkait Venna Melinda, istrinya yang diyakini Ivan telah
melakukan perselingkuhan dengan sesama anggota dewan. Dan karena sebab
itu rumah tangga mereka akhirnya harus berpisah.
RAKYAT JANGAN SALAH PILIH LAGI
Maraknya parpol merekrut artis dengan mengandalkan popularitas, menjadikan bukti , bahwa selama 5 tahun sebelumnya tak ada parpol melakukan rekrutmen politik yang benar. Semua partai politik rata-rata merekrut kaderisasinya dengan instan, tanpa memperhatikan lagi elektabilitas partainya. Kemungkinan bsia saja karena ongkos politik di negeri ini sangat besar sehingga terjadi fenomena seperti saat ini, sehingga partai politik tersebut beralih menjadi “ajang bisnis”.
Maraknya parpol merekrut artis dengan mengandalkan popularitas, menjadikan bukti , bahwa selama 5 tahun sebelumnya tak ada parpol melakukan rekrutmen politik yang benar. Semua partai politik rata-rata merekrut kaderisasinya dengan instan, tanpa memperhatikan lagi elektabilitas partainya. Kemungkinan bsia saja karena ongkos politik di negeri ini sangat besar sehingga terjadi fenomena seperti saat ini, sehingga partai politik tersebut beralih menjadi “ajang bisnis”.
Jika situasi partai politik dalam keadaan”ajang bisnis” seperti ini,
maka tak bisa dipungkiri bahwa budaya korupsi itu akan susah punah dari
negeri ini. Secara tidak langsung, partai politik membudayakan,
mengajari, dan menumbukan budaya korupsi itu. Sehingga yang ada di dalam
partai politik maupun di Legislatif tersebut adalah karakter-karakter
orang bisnis dan politikus, bukan dengan karakter negarawan. Sebetulnya,
bukan suatu alasan jika dikatakan susah mencari generasi bangsa yang
punya karakteristik negarawan, tetapi karena ongkos politik yang sungguh
mahal . Sehingga beralihfungsi menjadi bisnis politik yang diisi oleh
orang-orang yang berduit walaupun tanpa kualitas.
Dengan fenomena saat ini, diharapkan rakyat jangan salah pilih lagi, dan
rakyat jangan mau tertipu daya lagi dengan buih-buih ucapan janji-janji
para Caleg. Jadilah rakyat pemilih yang cerdas agar keadaan negeri
Indonesia ini semakin lebih baik. Pilihlah Caleg yang benar-benar
negarawan, profesionalitas untuk duduk nantinya sebagai Lembaga
Pengawasan pada Pemerintahan Indonesia ini kedepannya. Saya yakin jika
Lembaga Pengawasn (DPR) kita ini benar-benar berkualitas, jujur, tidak
ada niat korupsi, dan pro rakyat, yakinlah pemerintahan Indonesia ini
akan bersih dari permainan-permainan kotor, korupsi maupun pungli .
Ingat, Jadilah Pemilih yang Cerdas. Salam Demokrasi ! (***)
Ingat, Jadilah Pemilih yang Cerdas. Salam Demokrasi ! (***)