Advertistment

 


Bustami Zakaria, Mahasiswa Ekis Stain Malikussaleh

NEWS OBSERVASI - Aceh dikatakan banyak memberi daripada menerima, Propinsi ini banyak melahirkan paradigma dan gagasan yang luar biasa kala dahulu. Sesungguhnya kalangan masyarakat banyak memberi dalam kaitan pembanggunan Bangsa dan Negara ibu pertiwi.

Namun adakah pemberian dibalas dengan keikhlasan hati? Masyarakat sangat patut menerima pembalasan jasa baik menyalaraskan ekonomi, pembanggunan, pendidikan dan sebagainya. Kenapa hal ini diabaikan oleh pemerintah pusat?  Secara pengamatan membuktikan pembalasan yang dirasakan hanyalah habis manis sepah di buang yang patut diujarkan pemberi jasa kemerdekaan Bangsa ini.
Pemberi jasa  dilupakan, pada hakikatnya jasa Aceh telah membawa kemerdekaan Bangsa sebagaimana Radio Rimba Raya mengaungkan suara ke beberapa Negara tetangga yang berbunyi: Indonesia masih ada…Indonesia masih ada…!  dan seterusnya menggema lah alunan ini sampai dirasakan pihak penjajahan belanda.

Dengan adanya sebutan lebih banyak member i daripada menerima ini merupakan suatu imbalan yang pantas diterima oleh kalangan Bangsa Aceh di saat ini, hal ini tidak selaras dalam perjalanan prosedur pemerintahan. Maka dampak pahit ini kadangkala menjadi perlawanan yang tak terhinggakan sampai kini.

Peran pemerintah diharapkan kepedulian penuh dalam mengendalikan situasi dan kondisi secara rill terhadap pembangunan, pendidikan, dan sebagainya yang dapat menyelaraskan kemakmuran Aceh hari ini, karena dianya tak terlepas dari pola dasar si pemberi sejak kemerdekaan sampai hari ini dalam bentuk hasil bumi berupa gas, minyak, emas dan sebagainya.

Maka harapan adalah solusi terkini dari generasi dan pemerintahan daerah yang harus seiring selangkah menjadikan pola pikir yang relevan dalam mengatur srategi pembanggunan Propinsi. Selaras dengan adanya pola pikir yang baik, pemerintahan pusat pun harus memberikan gagasan atau pengawasan yang baik dengan tidak adanya sukuisme untuk menjadikan suatu daerah menuju maju khususnya Bangsa Aceh hari ini.

Penulis : Bustami
Mahasiswa Ekonomi Islam Stain Malikussaleh, Lhokseumawe.
 
Top