Sabang, NEWS OBSERVASI - Lima siswa SMA 1 Kota Sabang terpaksa dirawat intensif di rumah sakit umum setempat, setelah mengalami luka dan memar akibat dihajar sejumlah oknum TNI dari kesatuan Batalion 116 Garuda Samudera, Kamis (2/1) siang.
Kelima siswa yang mengalami luka dan memar itu masing-masing Arif Trisnawan, Firman, T Ragit, Rowi Afandi, dan M Alfaruq. Kelimanya merupakan atlet selancar (wind surfing).
Salah seorang dari korban yang berhasil ditemui Serambi di RSUD Sabang mengungkapkan, peristiwa itu terjadi sekitar pukul 12.00 WIB. Para siswa semula berencana memancing di laut. Namun, saat melintasi jalan di kompleks Kompi Markas Balik Gunung, Jurong Lhueng Angen, Desa Iboih, tiba-tiba mereka dipanggil oleh seorang oknum TNI yang berjaga di markas tersebut. Mereka ditanyai mengapa tidak membunyikan klakson kendaraan ketika melintasi jalan di depan markas.
Salah seorang di antara siswa menjawab, “Kami hendak memancing ikan dan tidak tahu kalau di markas ini ada petugas yang jaga.” Entah karena marah mendengar jawaban itu, sang oknum TNI itu pun menyuruh para siswa pergi. Para siswa pun lari tancap gas dan baru berhenti di salah satu warung di Desa Paya Laot, Kecamatan Suka Jaya.
Baru beberapa menit mereka berhenti di warung itu tiba-tiba datang dua orang oknum TNI menanyakan, “Mau lari ke mana kalian? Sabang ini kota kecil.” Lalu oknum TNI itu menyuruh para siswa berbaris.
Saat berbaris itulah para siswa ditampari oleh oknum dimaksud. Tak hanya itu, mereka juga disuruh buka baju dan diperintah tiarap. Pada saat tiarap itulah oknum TNI menanyakan kepada siswa siapa yang memaki-maki mereka tadi. M Al Faruq, salah seorang di antara siswa mengaku dialah yang berbuat seperti itu tadi, tapi saat itu juga ia langsung meminta maaf. Meski sudah minta maaf, namun yang bersangkutan tetap dipukul hingga kepalanya luka dan telinga kirinya mengeluarkan darah segar.
Tak cuma itu, sejumlah oknum TNI dari kesatuan yang sama muncul ke lokasi untuk menghajar para siswa yang sudah babak belur itu. Setelah dipukul dan ditendang dengan sepatu, para siswa itu pun dibawa. Setiba di kompi disuruh tiarap lagi, kecuali M Al Faruq. Ia justru disuruh berguling-guling karena melompat ketika dibawa ke kompi. Bukan hanya diperintah berguling-guling, tapi atlet selancar yang pernah meraih medali perak pada Kejurnas itu pun dihajar dan ditendang hingga tak berdaya, meski berulang kali ia meminta maaf.
Para siswa itu baru dijemput orang tuanya setelah pihak pelaku menyuruh para siswa itu menghubungi orang tuanya masing-masing.
Peristiwa pemukulan siswa yang terjadi pada hari kedua tahun 2014 itu, menimbulkan berbagai kecaman dari pihak keluarga korban dan masyarakat Sabang. Puluhan warga dari berbagai penjuru berdatangan ke RSUD melihat kondisi korban.
Dari lima siswa yang sudah mendapat perawatan dari pihak rumah sakit, hanya M Al Faruq yang masih duduk di bangku kelas II, terpaksa diopname, karena mengalami luka para di bagian kepala dan mukanya. Ismed mengaku sangat menyesalkan sikap kasar oknum TNI yang mengakibatkan anaknya, M Al Faruq, harus mengalami gangguan pendengaran akibat dipukul oknum tentara Balik Gunung, hanya gara-gara hal sepele, yakni tidak membunyikan klakson saat melewati markas kompi.
Ismed meminta penegak hukum memproses oknum tentara itu sesuai dengan hukum yang berlaku. Sebab, jika hal ini tidak diproses dikhawatirkan hal yang sama akan terulang lagi di Aceh yang warganya kini sedang menikmati suasana damai.
Selain meminta penegak hukum memproses kasus tersebut, Ismed yang terlihat kecewa campur sedih juga meminta Wali Kota Sabang menindaklanjuti kasus pemukulan yang menimpa para siswa itu, karena Sabang sudah menjadi kawasan wisata yang sering dikunjungi wisatawan domestik dan asing. Jadi tidak boleh ada kekerasan di kota ini. “Bukan saya tidak mau berdamai, tapi perdamaian itu ada aturannya,” kata Ismed.
Sementara itu, Dandim 0112 Sabang, Letkol Inf Widya Prasetyo N SPd yang ditanyai Serambi di depan RSUD Sabang siang kemarin menyatakan sangat menyesalkan pemukulan yang dilakukan oleh oknum TNI dari kesatuan Batalion Garuda Samudera itu.
“Selaku pembina teritorial saya sangat menyesalkan kejadian itu, sebab sekarang tidak zamannya lagi kekerasan. Ini merupakan kado terburuk di awal tahun 2014. Kita berharap peristiwa itu tidak terulang lagi,” katanya.
Sehubungan dengan itu, pihaknya mengaku sudah menyerahkan dua oknum TNI sebagai pelaku kepada POM untuk diproses. Begitupun, pihaknya mengakui belum tahu penyebab dan nama pelaku yang telah berbuat kasar kepada para siswa tersebut. “Tidak semudah itu lepas dari hukum, semua ada prosedurnya,” kata Letkol Widya (Atn)