Advertistment

 

Banda Aceh, NEWS OBSERVASI – Perilaku menyimpang di kalangan anak baru gede (ABG) hingga mahasiswa di Aceh kian mengkhawatirkan. Sebagian di antara mereka kini terjebak dalam pusaran pergaulan bebas, termasuk seks bebas dan pornografi.
Seperti apakah sisi gelap kehidupan ABG dan mahasiswa di Aceh kini? Perilaku menyimpang di kalangan remaja Aceh berdasarkan hasil survei Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) mengungkap, dari 40 siswa yang disurvei, ditemukan bahwa 90 persen di antaranya pernah mengakses film dan foto porno.
Sebanyak 40 persen lainnya mengaku pernah menyentuh organ intim pasangannya. Fakta lebih mengagetkan, sebanyak lima dari 40 siswa mengaku pernah melakukan hubungan seks pranikah bersama pacar.
Penelitian ini dilakukan di satu pesantren dan tiga SMU di Banda Aceh dan Aceh Besar. “Setiap sekolah kita ambil 10 siswa diacak dari kelas satu, dua, dan tiga, masing-masing responden punya perbedaan karakter,” kata Agus Agandi, staf PKBI, beberapa waktu lalu.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perubahan perilaku remaja di Aceh yang kian mengkhawatirkan, baik pola pergaulan maupun pergeseran moral.
Menurut pengakuan siswa, akses film porno mereka peroleh dari perangkat teknologi komunikasi seperti handpone dengan media internet maupun bertukar flashdisk sesama teman sebaya.
Agus menyebutkan, kondisi yang lebih menyedihkan justru terjadi terhadap siswa yang sudah memiliki pengalaman berhubungan seks di usia sekolah. Korban sebagian besarnya wanita.
Beberapa sekolah melaporkan ada siswi yang dropout menjelang ujian nasional (UN) karena kedapatan hamil. “Setiap akan menjelang ujian nasional, banyak siswi yang keluar dari sekolah karena ketahuan hamil. Ini terjadi di Banda Aceh dan Aceh Besar,” ujarnya.
Seks bebas
Penelusuran di sebuah hotel berkelas di Banda Aceh menunjukkan, banyak remaja usia ABG dengan mudah mendapat akses masuk ke tempat-tempat khusus orang dewasa, seperti bar dan diskotik, yang dekat dengan narkoba dan kehidupan seks bebas.
Agus menyebutkan, meski ada fakta demikian, bukan sebuah tindakan bijak menyalahkan perilaku menyimpang remaja tersebut kepada mereka. Keluarga, lingkungan, dan institusi pendidikan menjadi faktor paling dominan membentuk perilaku mereka.
“Siapa yang bisa menjamin kalau mereka tidak mengakses konten porno saat sendiri di kamar,” ujar Agus.
Menurutnya, usia remaja merupakan masa transisi menuju kedewasaan. Pada masa ini, remaja tengah mencari jati dirinya. Pada masa ini pula, remaja mengalami apa yang disebut pubertas dan munculnya rasa ingin tahu, termasuk dalam hal mengeksploitasi dirinya secara seksual.
Bagi wanita yang dalam masa transisi menuju dewasa, persoalannya semakin kompleks. Hal ini terkait dengan mulai berkembangnya bagian-bagian tubuh yang sensitif hingga terjadi perubahan pada sistem reproduksi.
“Pada masa transisi ini, mereka perlu didampingi agar mendapat informasi yang benar, seperti halnya mengenalkan mereka fungsi alat-alat reproduksi agar mereka tidak salah memahaminya,” ujar dia.
“Kasus hamil di luar nikah juga kerap menimpa wanita remaja di kampung-kampung. Sebagian besar mereka tertutup akses informasi, sementara mereka yang di kota sudah mengetahui cara yang aman berhubungan seks karena terbukanya akses informasi,” ujarnya.(Kompas)
 
Top