Mampu bergerak cepat pada seluruh poin akses jaringan WiFi
Peneliti dari Universitas Liverpool, Inggris, menunjukkan jaringan internet nirkabel atau WiFi bisa rentan terinfeksi virus. Studi peneliti menunjukkan serangan virus ke WiFi bisa bergerak pada darah yang padat dan infeksi itu sama efektinya dengan penyebaran virus flu antar manusia. Berarti WiFi dapat dengan mudah terkena virus.
Seperti dilansir Machineslikeus.com, Kamis 6 Maret 2014, dalam peneliti di Sekolah Ilmu Komputer, Elektronik dan Rekayasan Elektronik Universitas Liverpool mensimulasikan serangan virus yang dinamakan Chameleon ke daerah Belfast dan London.
Walhasil, virus itu tak hanya menyebar cepat ke rumah dan kawasan bisnis, bahkan mampu menghindari deteksi dan identifikasi titik-titik akses WiFi yang paling dilindungi dengan enkripsi dan password.
Peneliti menemukan perilaku Chameleon seperti virus udara, bergerak pada seluruh poin akses jaringan WiFi yang menghubungkan rumah tangga dan bisnis ke jaringan WiFi.
Pada area padat penduduk yang memiliki akses poin berdekatan, membuat virus menyebar lebih cepat, terutama pada jaringan yang dihubungkan dalam radius 10-50 meter.
“Saat Chameleon menyerang sebuah akses poin, itu tak mempengaruhi bagaimana cara kerjanya. Tapi itu mampu mengumpulkan dan melaporkan mandat semua pengguna WiFi lain yang terhubung,” jelas Alan Marshal, Profesor Keamanan jaringan Universitas Liverpool.
Ia menyebutkan Virus kemudian mencari akses poin WiFi lain yang dapat terhubung dengan virus dan kemudian menginfeksinya.
Mampu Menghindar
Hebatnya, virus ini mampu menghindari identifikasi sistem deteksi virus yang digunakan dalam internet atau komputer. Chameleon bisa leluasa karena hanya hadir dalam jaringan WiFi.
Virus ini memanfaatkan celah akses poin terbuka pada kebanyakan tempat publik, misalnya bandara maupun kedai kopi.
“Koneksi WiFi semakin menjadi target peretas komputer karena kerentanan keamanan terdokumentasi dengan baik, ini kemudian menyulitkan pendeteksian dan perlawanan terhadap virus,” ujar Marshall.
Meski virus itu bersifat asumsi dan tidak mungkin peneliti berupaya mengembangkan virus Chameleon, namun peneliti mempeirngatkan untuk mempersiapkan kemungkinan hal itu terjadi dan menyebar dengan cepat.
“Kita sekarang dapat menggunakan data yang dihasilkan dari penelitian ini untuk mengembangkan teknik baru mengidentifikasi kemungkinan serangan,” imbuh Marshall. (ren)