Advertistment

 

Detik Alam, Aceh mengalami pergesaran yang dratis menonjol di permukaan berita, berita alam pemahaman sudah terjadi perbedaan satu sama lain, satu maksud lain tujuan, hal ini sudah sangat lama tertananam dalam benak individu aneuk Bangsa, detik-detik tanda tanya sudah menjadi perselisihan yang sangat mendalam , alam tak lagi hening redup mulai pertanda, petir hampir menyambar, kepahitan masih dikenang oleh keramaian anak bangsa, jajahan pun tak henti-hentinya di ibu pertiwi bangsa, Nanggroe mulai kucar kacir, api takkan mudah dipadam sekalipun air janji akan dicurah oleh pemerintah, tak habis pikir akhirnya pendam saja. Detik alam mulai goyang pemahaman mulai tergulir, punya obesesi tak ada solusi hingga menyatakan kedamaian hanya untuk segenap ketenangan, kedamaian tak akan abadi bila tak diiringgi penyelesaian, detik Aceh sudah sangat jauh menyimpang dengan kata janjian manis pemerintah, bendera telah menjadi tanda perlawanan permusuhan, bintang bulan terus berkibar, perkibaran telah dimulai lagi dengan tandatak aka berhenti, bendera kembali menjulang, detik perjuangan hari ini tetap dikenang, esok akan menjadi kenangan, dengan kenangan terus kembali berjuang tanpa henti bila kelepasan belum pasti.

 Detik masyarakat mulai menyala membara bagaikan batu bara yang siap dibakar, jangan dipancing dengan umpan cacing, jaganlah pusat memancing emosi kami, berhentilah berjani lebih baik daripada memancing, harimau putih sedang menunggu umpan, perjuangaan bendera terus berjualang detik pisah alam pun sangat terasa, merah putih hampir hilang ingatan alam, jangan salah kaprah, sejarah kami tetap terulang, kesalahan tidak akan bisa diampuni bisa diulang lagi. Detik siang memanas bumi, kami terus bergerak lagi, PA tak hanya pasti malahan pembuktian telah terjadi, bintang bulan bergerak lagi, wilayah pasei telah kembali.

 Alam tempat berpinjak janganlah pemerintah menginjak kami, Aceh Bangsa kami, kami tidak menerima  kekerasan, kekejaman, pembunuhan, dan manipulasi sejarah kami. Pejuang tidak pernah dihargai, pemberian kemerdekaan kami beri tak pernah diulas dan dipublikasi, hanya lambang dan istemewa propinsi yang kami terima tetapi pembuktian penghargaan tak pernah kami terima, hidup bintang bulan teruslah menjulang, pemberian lebih banyak yang di beri kepada RI daripada pembalasan yang diterima, nenek moyang telah ditendang apalagi yang masih dapat kita sandang, emas kami beri untuk menjadi NKRI yang sejati tapi peluru yang menjadi balas budi dengan hal ini kami sangat sakit hati. Detik pisah sudah lama dimulai dengan harapan kembali, tidakah kami Aceh pisah alam dengan NKRI, hidup,hidup dan menjulang lagi, kibarkan revolusi ciptakan sejiwa sehati dengan alam kini, bintang bulan jangan dinodai, kenodaan itu kami akan keras hati, alam kami jangan dilangkahi, detik nadi sudah hitam untuk bersatu kembali, persatuan yang hakiki hanya di bintang bulan yang sejati dan abadi.


Penulis: Ody yunanda
(Kutamakmur - Aceh utara)
 
Top