Advertistment

 



NEWS OBSERVASI: Kapolres Aceh Timur, AKBP Muhajir, Sik mengatakan, Kelompok Nurdin Ismail Alias Abu Din Minimi, adalah kelompok kriminal murni yang telah menjadi target polisi sejak dua tahun silam, “ Mereka DPO kita, kapanpun mereka tetap kita buru dan kita tangkap,” ujarnya.

Menurutnya, tidak ada alasan bagi kelompok Nurdin mengatasnamakan perjuangan keadilan. Kelompok Nurdin hanya memperkaya diri sendiri, “Dan sangat tidak benar seperti yang disampaikan pada media, bahwa mereka pejuang keadilan,” ujar Kapolres.

Muhajir membenarkan kelompok Nurdin terlibat serangkaian kasus kriminal bersenjata api, “Banyak laporan masuk ke kita terkait pemerasan, pengancaman, perampokan dan intimidasi yang dilakukan kelompok mereka,” terang mantan Gegana ini.

Pasca perdamaian, katanya, tidak ada istilah perjuangan, apalagi mengatasnamakan kelompok mantan GAM. “Kita tak pernah tolerir kelompok Nurdin,” tegasnya. Pengejaran atas kelompok ini terus dilakukan, dan menjadi target utama kepolisian.

“Mereka akan kita tangkap, hidup atau mati. Yang jelas mereka menjadi TO utama kita, dan menjadi harga mati bagi polisi untuk memburu kelompok ini,” tandasnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, kelompok yang menamakan dirinya mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka ( GAM ), menyatakan siap melawan, bahkan menghancurkan Pemerintahan Aceh di bawah pimpinan Zaini Abdullah-Muzakir Manaf. Mereka mengaku kecewa, karena Pemerintah ZIKIR tidak menjalankan MoU Helsinki sesuai amanah.

Kelompok ini dipimpin Nurdin Alias Din Minimi. saat ditemui Harianaceh.co di sebuah lokasi persembunyian mereka di Aceh Timur, Nurdin mengaku anggotanya sudah menyebar ke seluruh Aceh. “Kami siap melawan pemimpin Aceh dengan cara apapun, karena mereka zalim dan tidak amanah,” ujarnya lagi.

Kelompok Nurdin selama ini dikenal sebagai pelaku kriminal bersenjata api di Aceh. Kasus penculikan warga Skotlandia Juni 2013 lalu di Aceh Timur, perampokan mobil PT CPM pelaksana pemasangan pipa Gas di Aceh Timur, dan sejumlah aksi pemerasan, teror senjata api dan intimidasi lainnya diakui dilakukan oleh mereka. Kelompok ini bertekad bergerilya melawan Pemerintah Aceh, sampai tuntutan mereka, yakni keadilan bagi seluruh mantan kombatan GAM dipenuhi Pemerintah Aceh.

“Kamoe akan melawan pemerintah sampoe darah kamoe abeh. Tapi bila pemerintah geupeunuhi yang kamoe lakee, kamoe pih siap kembali, dan senjata kamoe jok keu yang berhak atawa polisi,” (Kami akan melawan pemerintah sampai darah kami habis. Namun bila tuntutan kami dikabulkan, kami kembali ke masyarakat dan senjata kami serahkan ke aparat polisi),” ujar Nurdin.


Nurdin mengaku tidak bermusuhan dengan aparat keamanan, pihaknya hanya melawan pejabat pemerintah saat ini, khususnya ZIKIR, yang menurutnya hanya memperkaya diri sendiri tanpa memperhatikan kehidupan rakyatnya. “Coba lihat sekarang, pembangunan Aceh setelah MoU atau bagi hasil 70-30 persen antara Pemerintah Aceh dengan Pemerintah Pusat sama saja, masih banyak jalan Desa yang hancur, rakyat terus makan debu, sedangkan yang kenyang adalah konco-konco pimpinan Aceh ,” ungkapnya. [harianaceh]

 
Top