Advertistment

 

NEWS OBSERVASI: Munculnya kelompok Din Minimi yang mengaku mantan Kombatan GAM di media dengan foto bersenjatakan laras panjang serta mengeluarkan pernyataan akan melawan Pemerintahan Aceh di bawah pimpinan Zaini – Muzakir (ZIKIR), karena kecewa tidak dijalankan MoU Helsinki sesuai amanah, menimbulkan reaksi dari berbagai pihak termasuk mantan Gubernur Aceh Irwandi Yusuf. Minggu 12 Oktober 2014.

Kelompok tersebut menjadi isu terhangat di media sosial, Lokal dan Nasional, bahkan di Jakarta pun menjadi heboh tentang masih adanya segelintir kelompok bersenjata di Aceh.

Di sela-sela hebohnya pemberitaan tersebut mantan Gubernur Aceh drh.H.Irwandi Yusuf Msc, mengeluarkan statementnya di media sosialnya "Irwandi Yusuf " menyangkut kisruh munculnya sekelompok Din Minimi di Aceh Timur yang mengecam Pemerintah Aceh era kepemimpinan dr,Zaini Abdullah dan H.Muzakir Manaf (ZIKIR).

Berikut pernyataan Mantan Gubernur Aceh tersebut :

Irwandi Yusuf menyebutkan dalam tulisan utamanya "Abu Minimi dan Resiko Ekspos" Abu Minimi merupakan representasi kombatan yang kecewa sehingga menerbitkan pernyataan kekecewaannya seperti yang dapat dibaca di media massa. Tapi pasti ada prelude yang memancing statement itu dan yang pasti teman-teman yang tampak dalam foto akan menghadapi resiko.
Saya kuatir statement tersebut terbit setelah kunjungan Direktur YARA ke lapangan. Mereka terprovokasi sehingga membuat pernyataan yang membahayakan diri mereka sendiri. Direktur YARA lah yang membuat mereka terekspos dan dapat dikenali oleh aparat keamanan karena fotonya tersebar kemana-mana. Jakarta menjadi heboh. Isu di Aceh masih banyak senjata terbukti. orang-orang pada takut ke Aceh sementara aksi tidak ada sama sekali. Itu sama dengan Direktur YARA menggiring Abu Minimi untuk ditangkap. Saya kuatir nanti orang lain yang berbuat, Abu Minimi Cs yang ditangkap." ungkap Irwandi yusuf dalam status di jejaringan sosial fb_nya.
Hal tersebut juga mendapat tanggapan positif dari berbagai kalangan elite politik di Aceh maupun Pemerintah Pusat Jakarta, dalam situasi Aceh Damai mengapa masih ada pihak - pihak yang mengatakan dirinya sebagai mantan kombatan GAM masih mengangkat senjata api untuk melawan kedzaliman, perlawanan yang di maksud oleh kelompok Din Minimi bukanlah seperti perlawanan di masa Aceh berstatus konflik perang, namun perlawanan kali ini terhadap para elite GAM yang sudah menduduki kepala pemerintahan di Aceh, sekian lama mereka sudah mendapat mandat dari rakyat Aceh  mengapa kehidupan para mantan kombatan semakin tersisih, padahal Muzakir Manaf (Mualem) pernah sama -sama menikmati kehidupan di hutan belantara untuk melawan Pemerintah Republik Indonesia sebelum status Aceh berubah menuju Perdamaian di Helsinki pada tanggal 15 Agustus 2005.
Hal serupa juga pernah di ungkapkan oleh Teuku Dani, ini merupakan masalah internal yang harus di selesaikan secara kekeluargaan, menanggapi berita dalam status pemberitaan Din Minimi di salah satu Media Lokal dan Nasional, apabila masalah ini sudah selesai maka Senjata Api (senpi) yang selama ini berada di tangan kelompok Din Minimi akan di serahkan kepada pihak berwajib TNI POLRI, bahkan Teuku Dani pernah menyarankan dalam menyelesaikan kesenjangan sosial, apakah kesenjangan yang di alami oleh mantan kombatan TNA atau masyarakat Aceh pada umumnya, dalam situasi Aceh yang kondusif seperti ini, kelompok Din Minimi tidak harus mengangkat senjata api karna penggunaan senjata api oleh masyarakat sipil  akan berdampak negatif terhadap undang - undang kepemilikan senjata api di Republik ini.
Perdamaian Aceh harus di kawal secara kebersamaan agar situasi Aceh yang kondusif seperti ini tidak mudah di provokasi oleh pihak - pihak yang memiliki kepentingan untuk mengembalikan Aceh berstatus konflik kembali dan ini menjadi tugas berat untuk pemerintah sekarang, saya percaya bahwa pemerintah sekarang merupakan pemerintah yang benar - benar andil dan peduli terhadap rakyatnya, maka rakyat akan berjuang bersama pemerintah untuk menjaga perdamaian hingga Aceh benar - benar menjadi makmur dan menjadi ikon percontohan perdamaian untuk provinsi lainnya di tanah air maupun manca negara. (at)
 
Top