Setelah sekian lama Partai Demokrat (PD)
bertubi-tubi tertimpa berbagai masalah, tampaknya kini partai pemenang
pemilu 2009 ini kembali menyiapkan diri untuk bersolek menjelang pemilu
2014.
Event terhangat pada saat ini ialah Demokrat siap gelar
konvensi (primary election) guna menjaring Capres dari partai.
Sebagaimana diketahui, selama sekitar dua tahun ini, Demokrat diguncang
dengan berbagai prahara.
Mulai dari kasus korupsi, gesekan antar
petinggi partai, hingga terjadinya krisis kepemimpinan. Alhasil,
elektabilitas partai berlambang segitiga Mercy ini mengalami penurunan
dratis.
Hasil survei dari berbagai lemabaga survei menunjukkan
elektabilitas PD terus merosot. Saiful Mujani Research & Consulting
(SMRC) misalnya, diawal tahun sempat merilis hasil penelitiannya, dimana
elektabilitas Demokrat terjun bebas ke angka 8 persen. (detik.com,
03/02)
Upaya pengembalian citra partai diantaranya ialah dengan
diambil alihnya kembali kepemimpinan PD oleh SBY. Terpilihnya kembali
SBY adalah hasil dari Kongres luar biasa (KLB) PD di Sanur Bali
(30/3/13).
Meski begitu, tampaknya hal itu belum cukup untuk
mendongkrak elektabilitas Demokrat. Hal itu setidaknya terlihat dari
hasil survei Centre for Strategic and Internasional Studies (CSIS) yang
diumumkan di Jakarta, Minggu (26/5/2013). Hasil dari survei itu,
elektabilitas Demokrat justru melorot di angka 7,1 persen.
Tak
patah arang, kini Demokrat siap buka panggung baru. Ketua Umum DPP
Partai Demokrat SBY mengatakan bahwa partainya akan mengadakan atau
konvensi untuk memilih calon presiden dari partainya pada September
mendatang.Mungkin bisa dibilang ini adalah langkah cerdik. Bila
dicermati, setidaknya ada beberapa keuntungan dengan digelarnya konvensi
ini.
Diantaranya: Pertama: Sebagai ajang kampanye sebelum tiba
waktu kampanye. Rencana digelarnya konvensi ini tentu akan menyita
perhatian publik. Apalagi konvensi berencana digelar hingga dua putaran.
Media pun kemudian ramai memberitakannya. Dari situ diharapkan Demokrat
dapat menciptakan figur pasca SBY.
Kedua: Ingin menunjukkan
bahwa Demokrat adalah milik semua pihak. Selain mengundang kader
internal, PD juga melibatkan pihak eksternal partai yang mewakili
beberapa komponen masyarakat.
Beberapa nama popular yang beredar
diantaranya adalah Khofifah Indar Parawansa, Yusril Ihsa Mahendra,
Mahfud MD, hingga Jokowi. Meski belakangan Demokrat menyanggah beberapa
diantaranya.
Ketiga: Meningkatkan elektabilitas partai. Apabila
melalui konvensi ini demokrat mampu menciptakan image positif kepada
masyarakat, misalnya bahwa demokrat adalah partai yang demokratis, hal
ini tentu bisa menimbulkan simpati masyarakat.
Landasan keliruSejatinya,
apa yang dilakukan partai demokrat ini tidak mampu menyelamatkan
partai. Jika pun konvensi ini dapat mendongkrak elektabilitas demokrat,
itu hanya berlangsung sementara. Sebab landasannya sudah keliru. Partai
ini pada praktiknya berlandaskan pragmatisme-sekulerisme.
Pelajaran
dari partai demokrat menunjukkan bahwa partai yang tidak dibangun atas
dasar ideologi sebenarnya partai itu hanyalah memiliki massa semu saja
meskipun jumlahnya banyak. Artinya, dukungan masyarakat kepada partai
bukan berdasar ideologi yang diemban.
Jika dicermati, setidaknya
ada beberapa dasar masyarakat mendukung parpol di negri ini. Pertama:
Berdasar figuritas. Apabila masyarakat memilih parpol tersebut atas
dasar ketokohan, maka ketika massa jaya tokoh tersebut habis atau kalah
pamor dengan tokoh dari parpol lain,otomatis masyarakat akan berpindah
ke lain hati.
Kedua: Berdasar pencitraan. Pencitraan partai dalam
mengambil simpati masyarakat bisa dilakukan dengan beraneka macam.
Seperti janji-janji pada kampanye, menggalakkan publikasi di berbagai
media cetak, elektronik maupun pasang spanduk di pinggir jalan, dsb.
Massa ini juga massa semu.
Jika partai itu tidak melakukan
fungsinya dengan baik, diantaranya ialah tidak pro terhadap aspirasi
rakyat, ditambah dengan terkuaknya borok-borok partai, seperti korupsi
dan seterusnya, otomatis masyarakat juga akan meninggalkannya.
Ketiga:
Berdasar imbalan sesaat. Dasar ini juga tidak dapat membuat masyarakat
untuk setia. ketika hanya karena itu mereka memilih, masyarakat juga
akan mudah memilih partai lain juga karena itu. Karena hal itu sifatnya
sesaat.
Landasan yang benarKarena itu,
kesetiaan masyarakat memilih atau mendukung partai haruslah didasari
ideologi. Setelah gagalnya sosialisme dan kapitalisme, Ideologi Islamlah
satu-satunya harapan. Loyalitas masyarakat haruslah dibangun berdasar
ideologi Islam yang diemban.
Partai model ini lamban tapi pasti
menerima dukungan masyarakat. Partai ini haruslah ada ditengah-tengah
umat. Menyerukan Islam, menyuruh yang ma€™ruf dan mencegah kemunkaran.
Ia
harus terus melaju dengan gagah meski halang merintang di hadapan.
Fikrahnya Islam, thariqahnya juga mengikuti metode Nabi Saw. Ia harus
memberikan solusi-solusi bagi umat. Berusaha siap sedia mengulurkan
bantuan ketika masyarakat membutuhkan.
Allah Swt berfirman: "Dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan (Islam), menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung" (QS : Ali Imran, 104)
Sebagaimana
diketahui, walaupun sudah sekian lama Indonesia merdeka, namun negri
ini masih merana. Bisa dilihat bagaimana kemiskinan masih menggejala,
korupsi makin menggurita, kriminalitas terus merajalela, dan penegakkan
hukum sungguh membuat kecewa.
Islam adalah satu-satunya solusi
terbaik untuk negri ini, kecuali menurut orang-orang yang telah teracuni
dengan pemikiran barat. Ditegakkannya syariah Islam dalam bingkai
khilafah adalah tuntutan akidah umat Islam.
Selain itu, sistem
Islam juga telah terbukti mampu selama berabad-abad memberikan kepuasan
hati. Sistem Islam adalah untuk kebaikan Demokrat, Golkar, PDIP, PKB,
PKS, dan seluruh umat. Baik muslim maupun non muslim.
*Penulis adalah Pemerhati Politik IndependenAli MustofaGang Nusa Indah, Cemani, Surakartabengawanrise@gmail.com083866242539