OBSERVASI_BELUM hilang dari ingatan ketika
Nurmala Dewi, siswi yang masih berumur 17 tahun ini ditemukan membusuk dan
tidak bernyawa dalam sebuah sumur tua di Desa Cot Seutui, Kuta Makmur, Aceh
Utara.
Kini, tiga hari yang lalu masyarakat kita kembali dikejutkan dengan penemuan mayat perempuan berusia 20 tahun, Putri Andriani.
Putri ditemukan di pinggir jalan Desa Jeulikat, Kecamatan Blang Mangat, Kota Lhokseumawe oleh warga bernama M Nur. Ia menemukan jenazah itu saat hendak bersilaturahmi ke rumah keluarganya di Jeulikat.
Saat melintasi jalan desa, M Nur melihat sebuah bungkusan tertutup rapi. Namun ia curiga ada helaian rambut terlihat dari dalam bungkusan. Ia pun penasaran dan membukanya.
Putri Andriani warga Desa Rayeuk Meunye, Kecamatan Tanah Luas, Aceh Utara. Sehari sebelum jasadnya ditemukan, Putri keluar bersama dua rekan laki-lakinya. Namun ia mengendarai sepeda motornya sendiri jenis Suzuki Shogun.
Putri tewas bersimbah darah dengan dua luka tusukan di dada dan memar di bagian kepala. Sepeda motor dan sejumlah perhiasannya pun raib.
Kasubbag Humas Polres Lhokseumawe, Iptu Sofyan, mengatakan, sampai kini polisi masih terus mencari pelaku.
"Kita masih terus melakukan penyelidikan. Sementara ini, kita menduga motifnya adalah kriminal,” ujarnya kepada ATJEHPOSTcom, Selasa 13 Agustus 2013, sekitar pukul 10.30 Wib.
Kakak kandung korban, Feriadi, kepada ATJEHPOSTcom mengatakan ia sangat terpukul atas kejadian itu. Feri sama sekali tak menaruh curiga ketika adiknya keluar bersama dua temannya.
“Satu jam kemudian saya telepon, tapi tidak diangkat, ibu saya juga menelepon juga tidak diangkat. Barulah saya dan keluarga lainnya curiga,” ujar Feri.
Ia bersama keluarga mencoba mencari Putri. Sebelumnya Putri bersama dua rekannya pamit menuju Simpang Rangkaya, Tanah Luas, Aceh Utara, untuk menyantap mi.
Setelah di cari ke kawasan itu Feri tidak menemui adiknya. Ia lalu mencari ke rumah kedua lelaki yang pergi bersama adiknya. Hasilnya sama, adik dan kedua temannya itu juga tidak ada di rumah.
Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Aceh Utara menilai kasus yang menimpa Putri Andriani sebuah “cerminan” rusaknya moralitas.
Penyebab terjadinya kasus seperti itu lagi, kata dia, sangat banyak.
"Terutama peran orang tua yang mulai hilang kendali, pengaruh lingkungan. Selain itu, kemajuan teknologi dan tidak adanya efek jera terhadap pelaku-pelaku sebelumnya adalah penyebab utama berulangnya kasus tersebut,” ujar Syifa Zakaria, anggota P2TP2A.
Nurmala Dewi, Putri Andriani, dan sederet kasus lainnya yang menimpa perempuan Aceh barangkali menjadi “alarm” bagi kita, khususnya para orang tua. Pengawasan orang tua dan pengaruh lingkungan menjadi fondasi utama dalam mengembalikan moralitas anak bangsa yang mulai kritis.
Kini, tiga hari yang lalu masyarakat kita kembali dikejutkan dengan penemuan mayat perempuan berusia 20 tahun, Putri Andriani.
Putri ditemukan di pinggir jalan Desa Jeulikat, Kecamatan Blang Mangat, Kota Lhokseumawe oleh warga bernama M Nur. Ia menemukan jenazah itu saat hendak bersilaturahmi ke rumah keluarganya di Jeulikat.
Saat melintasi jalan desa, M Nur melihat sebuah bungkusan tertutup rapi. Namun ia curiga ada helaian rambut terlihat dari dalam bungkusan. Ia pun penasaran dan membukanya.
Putri Andriani warga Desa Rayeuk Meunye, Kecamatan Tanah Luas, Aceh Utara. Sehari sebelum jasadnya ditemukan, Putri keluar bersama dua rekan laki-lakinya. Namun ia mengendarai sepeda motornya sendiri jenis Suzuki Shogun.
Putri tewas bersimbah darah dengan dua luka tusukan di dada dan memar di bagian kepala. Sepeda motor dan sejumlah perhiasannya pun raib.
Kasubbag Humas Polres Lhokseumawe, Iptu Sofyan, mengatakan, sampai kini polisi masih terus mencari pelaku.
"Kita masih terus melakukan penyelidikan. Sementara ini, kita menduga motifnya adalah kriminal,” ujarnya kepada ATJEHPOSTcom, Selasa 13 Agustus 2013, sekitar pukul 10.30 Wib.
Kakak kandung korban, Feriadi, kepada ATJEHPOSTcom mengatakan ia sangat terpukul atas kejadian itu. Feri sama sekali tak menaruh curiga ketika adiknya keluar bersama dua temannya.
“Satu jam kemudian saya telepon, tapi tidak diangkat, ibu saya juga menelepon juga tidak diangkat. Barulah saya dan keluarga lainnya curiga,” ujar Feri.
Ia bersama keluarga mencoba mencari Putri. Sebelumnya Putri bersama dua rekannya pamit menuju Simpang Rangkaya, Tanah Luas, Aceh Utara, untuk menyantap mi.
Setelah di cari ke kawasan itu Feri tidak menemui adiknya. Ia lalu mencari ke rumah kedua lelaki yang pergi bersama adiknya. Hasilnya sama, adik dan kedua temannya itu juga tidak ada di rumah.
Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Aceh Utara menilai kasus yang menimpa Putri Andriani sebuah “cerminan” rusaknya moralitas.
Penyebab terjadinya kasus seperti itu lagi, kata dia, sangat banyak.
"Terutama peran orang tua yang mulai hilang kendali, pengaruh lingkungan. Selain itu, kemajuan teknologi dan tidak adanya efek jera terhadap pelaku-pelaku sebelumnya adalah penyebab utama berulangnya kasus tersebut,” ujar Syifa Zakaria, anggota P2TP2A.
Nurmala Dewi, Putri Andriani, dan sederet kasus lainnya yang menimpa perempuan Aceh barangkali menjadi “alarm” bagi kita, khususnya para orang tua. Pengawasan orang tua dan pengaruh lingkungan menjadi fondasi utama dalam mengembalikan moralitas anak bangsa yang mulai kritis.
ZULFIKAR HUSEIN (AtjehToday)