Advertistment

 

Raja Nagan Raya Teuku Zulkarnain.Perwakilan raja-raja dari seluruh Aceh  pada prosesi adat Seumeulueng di Lamno Aceh Jaya.  (Photo / Darwin Kamaruddin)
OBSERVASI | ACEH JAYA :
Raja-raja dari seantero Aceh, Kamis (17/10) kemarin berkumpul di Lamno, Kecamatan Jaya, Aceh Jaya. Mereka menghadiri Seumeuleung  (upacara menyuapi raja), sebuah tradisi para raja Daya yang berlangsung di makam Poteumeureuhom di Desa Gle Jong, Kecamatan Jaya.
 
Di antara raja yang hadir kemarin adalah Raja Pidie, Raja Linge, Nagan Raya, Blangpidie, Aceh Selatan, Raja Meulaboh, dan sejumlah raja lainnya di Aceh. Hadir pula Bupati Aceh Jaya, Ir Azhar Abdurrahman dan tokoh masyarakat setempat. 
 
Upacara itu terasa lebih lengkap karena dihadiri Pemangku Wali Nanggroe, Malik Mahmud Al-Haytar.  Upacara tersebut merupakan adat memuliakan raja yang dilaksanakan setiap tahun sejak 1480 Masehi. Pelaksanaannya selalu pada hari ketiga Idul Adha.
 
Ribuan warga membanjiri lokasi tersebut, karena di situ selain dilakukan prosesi Seumeuleung  juga menjadi lokasi wisata yang sering dikunjungi warga, apalagi dalam suasana Lebaran, sehingga pengunjungnya makin ramai.
 
kata Raja Nagan Raya Teuku Zulkarnain kepada News Observasi, Jum'at (18/10) melalui komunikasi hp mengatakan, upacara Seumeuleung    yang dilaksanakan di makam Poteumeuruhom itu perlu dilestarikan karena sarat makna. T Zulkarnen sendiri merupakan keturunan dari Raja-raja di Aceh.

Sementara itu, Pemangku Wali Nanggroe, Malik Mahmud Al-Haytar yang menghadiri upacara  Seumeuleung  mengatakan, ke depan ia akan berupaya  melestarikan semua adat istiadat yang ada di Aceh, baik di tingkat nasional maupun internasional. 
 
Menurutnya, jika Aceh ini berada dalam kondisi aman dan politiknya stabil, maka akan sangat mudah dilakukan pembangunan dan dapat dilestarikan semua adat budaya yang diyakini Malik Mahmud mampu membangkitkan perekonomian masyarakat.
 
Dalam upacara  Seumeuleung  tersebut, pengawal raja terlebih dulu memeriksa Astaka Diraja. Setelah itu barulah dilakukan penjemputan raja di sebuah balai yang disebut Balee Meunaroi. 
 
Ketika sang Raja memasuki Astaka Diraja, maka raja-raja yang dindang dari berbagai daerah di Aceh melakukan penyambutan dan memberikan hormat kepada Raja-raja dengan mengucapkan Daulat Tuanku.
 
Setelah itu, dilakukan doa bersama yang dipimpin Tgk  mufti kerajaan setempat. Setelah selesai pembacaan doa, raja pun memberikan amanat kepada tamu agung dan rakyatnya. Tak lama berselang langsung dihidangkan makanan yang disebut dengan Buet bu ulee. Untuk itu, dua dayang laki-laki langsung memberikan pelayanan kepada sang Raja, hingga menyuapinya. Sementara raja-raja lainnya dan tamu angung dipersilakan mencicipi makanan yang sudah dihidangkan. Di akhir kegiatan tersebut, rombongan secara bersama-sama berziarah ke makam Poteumeureuhom dengan menaiki 99 anak tangga.
 
Reporter: darwin 
 
Top