Advertistment

 

NEWS OBSERVASI - Saat ini, sedikit sekali bahan makanan yang tidak mengandung zat kimia. Produk sayuran yang beredar di masyarakat telah terkontaminasi zat kimia berupa pestisida dan pupuk buatan. Sumber makanan hasil ternak tidak kalah terkontaminasinya, sebut saja ayam broiler yang disuntikkan hormon agar ayam cepat besar.
Masyarakat seakan tidak punya pilihan, karena untuk mendapatkan bahan makanan organik, perlu merogoh kocek lebih dalam. Melihat kondisi demikian, Komunitas Organis Indonesia (KOI) berinisiatif menyelenggarakan Pasar Organis Jakarta yang berlokasi di Jalan Sunda, Thamrin, Jakarta (POJ).
Ketua penyelenggara POJ Emil Christopher mengatakan, POJ merupakan upaya dari KOI mempertemukan produsen bahan pangan organik dan konsumen. "Pasar organik itu tiap minggu, setiap car free day. Kita tujuannya mempertemukan produsen dengan konsumen. Ini sudah minggu kelima. Kita mulai pasar organik dari 29 Desember 2013. Peserta dari Komunitas Organik Indonesia (KOI) ada sekitar 120-an, tapi kan gak semua ikut pasar, yang bergabung di pasar organik sekitar 15-20an," papar Emil kepada merdeka.com, Minggu (26/1).
Sejak dimulai pada 29 Desember 2013, POJ kini sudah menghasilkan omzet hingga Rp 20 juta setiap penyelenggaraan. "Omzet Pasar Organik Jakarta awal belum banyak, tapi sekarang bisa sampai Rp 15-20 juta. Padahal hanya dari jam 6.00-11.00 tiap minggu," kata Emil.
Emil mengatakan, penyelenggara mematok harga sewa booth sebesar Rp 300.000 per peserta. Namun, kebijakan tersebut berubah. "Tadinya panitia menerapkan bayar stand Rp 300.000, tapi kita ubah agar tidak memberatkan, yang penting kriteria barang dagangan sesuai, sekarang sistemnya sharing profit 20 persen dari pendapatan mereka," ungkap Emil.
Emil memaparkan, POJ hanya membolehkan peserta menjual bahan pangan organik, seperti sayuran, kentang, cabe, ayam, dan beras. "Bahan makanan olahan seperti nugget, jamu-jamuan, kerajinan tangan dari kain perca, kosmetik ada pabriknya di Bali," tutur Emil.
Ke depan, lanjut Emil, POJ akan dikembangkan di lima titik di Jakarta dan akan menyebar ke kota-kota lain di Indonesia. "Target kita lebih ke barang, petani ini banyak, mereka bingung dipasarkan kemana, konsumen juga banyak tapi bingung beli dimana karena harganya mahal. Kita ingin sebar ke lima titik di Jakarta, bahkan ke kota-kota lain di Indonesia. Tapi kita rapikan dulu infrastrukturnya. Nanti di Pasar Jaya juga kita akan dikasih sudut khusus bahan pangan organik," tutup Emil.
 
Top