Salah satu room karaoke yang ada di kota Lhokseumawe saat Jurnal Aceh melakukan Investigasi lapangan |
Lhokseumawe, NEWS OBSERVASI - Berikut ini hasil investigasi Jurnal Aceh terhadap tempat hiburan di Kota Lhokseumawe dan hasil wawancara dengan Para PSK.
Sebut Saja Kamboja, ABG yang masih menyandang pelajarkelas 1 (satu) di salah satu SMA di Kota Lhokseumawe ini mempunyai latar belakang keluarga yang pas-pasan, ayahnya mejadi pekerja serabutan dan ibunya hanya seorang ibu rumah tangga informasi ini langsung dari mulut Kamboja saat berinteraksi melalui seluler.
Dengan memakai nama samaran Kamboja mulai menebar pesona layaknya ABG yang malu-malu kucing, akan tetapi pada saat Jurnal Aceh menyinggung tempat untuk pertemuan Kamboja Langsung menentukan tempat awal pertemuan di seputaran Waduk Reservoir Desa Pusong Kecamatan Banda sakti ”di situ saja bang kita ketemu kalau ada WH (Wilayatul Hisbah-red)kita bisa cepat-cepat naik Honda (sepeda motor-red)”ujarnya
Strategi yang di pasang Kamboja cukup cerdik dia tidak mau di jemput dengan mobil oleh investigator jurnal Aceh alasannya karena belum kenal dan takut nanti di jahili, ”Naik Honda aja bang, kalau naik mobil lebih baik tidak jadi kita ketemu, soalnya saya kan belum kenal sama abang,” ungkapnya
Tampil sederhana dengan jilbab biru, berbaju casual tangan panjang dengan warna hampir senada dengan penutup kepalanya, Kamboja tampil modis dengan dibalut celana jeans yang sedikit ketat membuat penampilannya tambah serasi dengan kulit sawo matangnya. Tim investigasi akhirnya bertemu dan duduk di pinggir waduk reservoir Pusong yang hanya beralas rumput, dan agak berjauhan dari pasangan-pasangan lainnya serta warga yang sedang menghabiskan waktu sore itu .
Pembicaraan berjalan lancar seputar aktifitas sekolah hingga kondisi keluarga Kamboja dan akhirnya anak ABG yang masih bau kencur ini bisa di banderol hanya dengan Rp. 300.000,- (Tiga Ratus Ribu Rupiah) untuk sekali pakai, meskipun awalnya dia memberikan harga sampai 1 juta rupiah per sekali berhubungan badan, tetapi setelah terjadi tawar-menawar harga akhirnya kamboja setuju dengan tariff termurah, ”Biasanya 1 juta bang, tapi karena abang baru pertama boleh juga, untuk nanti-nanti saya tidak mau segitu,” kilah Kamboja sambil tersenyum.
Saat di tanya jurnal Aceh “teman-teman lainnya ada tidak?, soalnya abang punya kawan yang mau gituan juga,” di luar dugaan kamboja mengatakan, ”ada bang, kapan-kapan saya ajak, tapi dia (teman Kamboja-red) tidak mau diajak ke rumah atau hotel, disini aja di waduk dipinggir sungai,” katanya sambil menunjuk kearah bebatuan yang di susun disepanjang krueng cunda untuk menahan abrasi sungai. Itulah sepenggal pembicaraan awal dengan kamboja
Berbeda lagi dengan Melati (20) mahasiswi salah satu Perguruan tinggi ternama di Kota Gas ini, Berpenampilan modis sambil menggegam 2 hand phone ditangannya semakin membuat sosoknya tampak lebih gaul dan tidak terkesan gaptek alias gagap teknologi.
Berhadapan dengan Melati untuk mendapatkan keterangan darinya tidaklah mudah, perlu waktu cukup lama hingga dirinya mau berbicara masalah pribadi dan tetap tidak mau mengungkapkan identitas aslinya termasuk kampung dari mana dia berasal ” untuk apa nama asli aku, tidak penting itu , abang kesini tujuannya mau sama aku,” ungkapnya mengelak
Akhirnya Melati mau lebih terbuka setelah Jurnal Aceh mengatakan, ”Abang lagi suntuk aja nih, mau jalan-jalan ditemani sama kamu, tapi nanti tetap abang berikan tip seharga short time,” ungkap Investigator Jurnal Aceh.
Pembicaraan terus mengalir. Akhirnya pengakuan Melati keluar juga bahwa dirinya mau melakukan kegiatan melanggar syariat islam ini karena kebutuhan untuk gaul dan fashion, alangkah lebih mengejutkan bahwa dirinya juga sudah terkontaminasi dengan narkoba jenis sabu-sabu akibat aksi gaulnya bersama rekan-rekan seprofesi berasal dari Perguruan Tinggi ternama di Kota Lhokseumawe.
“Terus bagaimana seandainya untuk beli sabu tidak ada uang?,” tanya jurnal aceh. “Kalau sudah kepingin sekali dengan bayaran sabu-sabu juga terpaksa bang dari pada sakau, sakit kali bang,” jawab Melati sambil mengkerutkan ekspresi wajahnya.
Penyesalan selalu datangnya dibelakang hari itulah yang dirasakan Melati”mau bagaimana lagi bang semua sudah terlanjur, untuk jujur sama orang tua saya tidak berani, saya ingin sembuh tapi juga tidak berani terbuka sama keluarga,” ungkap Melati lirih.
Lain lagi dengan Bunga (21) perempuan dewasa yang memang kelihatan cantik dengan kulit sawo matang dan body semampai ini tidak lagi sembunyi- sembunyi, dirinya dengan jelas memberikan sinyal bahwa dia PSK professional sambil menghisap rokok yang dikepulkannya dari bibir merah berlipstik tebal dan lirikan mata genit pada tamu yang mencoba mendekatinya.
Bunga siap untuk bertandang antara satu tempat karaoke ke tempat karaoke lainnya dengan tanpa rasa canggung mengikuti tamu yang memesannya, bahkan didepan umum mampu tebar kemesraan dengan lelaki yang membookingnya di seputaran pantai KP3 Kota lhokseumawe beberapa waktu lalu.
Profesi sebagai PSK yang sudah yang lebih 2 tahun di jalaninya ini dilatarbelakangi alasan ekonomi sebagai faktor pendorong dirinya harus terjerembab ke dunia prostitusi dan dirinya sama sekali tidak mau di singgung pembicaraan tentang keluarganya.
“Nggak punya pekerjaan lain bang, keahlianpun saya tidak punya sementara kebutuhan hidup harus setiap hari di penuhi, kalau soal keluarga tidak usah di bicarakan bang,” ungkapnya saat berbincang dengan jurnal aceh yang dianggapnya calon pelanggan.
Bunga memasang tarif Rp. 500.000,- untuk Short Time (sekali berhungan badan- red) agak lebih tinggi dari PSK lainnya yang dimulai harga Rp. 150.00 hingga Rp. 300.000,-, meskipun demikian salah seorang mantan pelanggan yang pernah memakai jasa Bunga untuk memuaskan birahinya mengatakan, “kasih tiga ratus ribu juga dia mau bang,” ungkap laki-laki separuh baya yang tidak menyebutkan namanya sambil berlalu.
Investigasi terus berlanjut ke tempat karoeke di seputaran kota Lhokseumawe. Di dalam room (sebutan untuk tempat karoeke tertutup-red) para PSK yang telah di booking mulai tebar pesona dengan bernyanyi dan menggoda lelaki yang memesannya tanpa rasa ragu-ragu meskipun belum lama berkenalan.
Di dalam gelapnya room yang hanya bercahayakan proyektor dan lampu temaram disitulah transaksi bisnis birahi terjadi. Para PSK mau melakukan semi Sex (istilah para PSK untuk aksi oral sex –red) di dalam room. Apabila berlanjut maka para PSK akan mengajak lelaki pasangannya ke kamar mandi yang tersedia di tempat karoeke itu atau ke hotel dan tempat yang sudah familiar dengan aktifitas mereka yang ada di seputaran kota Lhokseumawe.
“Emang hotel di Lhokseumawe bisa untuk gituan?,” tTanya Jurnal Aceh. “Bisa di atur bang, harus pakai trik, pokoknya bisa,” sambil menyebutkan salah satu hotel yang terletak di pusat Kota Lhokseumawe.
Beda lagi dengan Ibu muda yang sudah berfrofesi sebagai PSK professional ini, mengaku sudah memiliki putra dan sebut saja Harum (25 thn) serta telah menyandang status janda.setahun lalu. Awal pertemuan dengan Jurnal Aceh disebuah tempat karaoke di kawasan KP3, ramah dan supel dalam bergaul tampak dalam sikap Harum meskipun baru pertama sekali bertemu godaan dan rayuan kecil tetap tampak untuk memikat perhatian Jurnal Aceh.
Kendati pertemuan tersebut tidak berlangsung lama, investigator Jurnal Aceh berhasil mengantongi nomor handphone Harum untuk melanjutkan misi investigasi.
Berbekal nomor HP yang diperoleh, Jurnal Aceh kembali melanjutkan misi untuk mengorek keterangan dari Harum beserta kelompoknya.
Berikut transkip pembicaraan melaui short massage service (sms):
Jurnal Aceh: hai Harum?
Harum: ya bang, ada apa ya bang?
Jurnal Aceh: lagi dimana?
Harum: lagi ngumpul ama teman-teman. Abang dimana?
Jurnal Aceh: ngumpul dimana?
Harum: di jalan baru. Abang gak kemari?
Jurnal Aceh: ada berapa orang teman Harum?
Harum: ada 4 orang, 5 ama Harum.
Jurnal Aceh: teman Harum ada gak yang berusia antara 15 – 17 tahun?
Harum: gak ada. Yang paling muda usia 24 tahun.
Jurnal Aceh: Berapa tarif Harum dan teman-teman?
Harum: Belum tahu bang. Tanya aja sendiri nanti kalau ketemu.
Jurnal Aceh: Kalau Harum berapaan tarifnya?
Harum: Kalau semi 300 – 400 ribu, bang.
Jurnal Aceh: Kalau nemani seharian, berapa tarifnya?
Harum: Kalau hanya semi 700 ribu, bang.
Jurnal Aceh: Kalau ML (Making Love) berapa tarifnya?
Harum: Kalau di Lhokseumawe gak mau, bang. Kalau diluar kota boleh.Tapi, semi kan juga enak, bisa Harum ……. abang. Hahahahaha......
Jurnal Aceh: Kenapa harus diluar kota, apa di Lhokseumawe gak bisa?
Harum: Lebih nyaman aja, bang. Hehehehehe.....
Jurnal Aceh: Tanggung kalau semi , ML aja sekalian. Berapa tarif ML diluar kota?
Harum: 1 juta bang
Jurnal Aceh: 1 juta untuk berapa 1 kali show atau gimana?
Harum: Kalau sekali aja, disini juga bisa, gak usah jauh-jauh, bang.
Jurnal Aceh: Dimana tempatnya dan berapaan tarifnya?
Harum: di room karaoke. Biasanya Harum pasang tarif 600 – 700 ribu, bang.
Jurnal Aceh: Bagaimana caranya?
Harum: Umumnya ditempat karaoke ada room yang bisa disewa perjam untuk kapasitas 5 – 8 orang. Kita bisa melakukannya di room tersebut, terserah mau semi atau ML.
Jurnal Aceh: Apa gak risih melakukannya didepan pasangan lain?
Harum: kami dah biasa dan saling tahu sama tahu aja, jadi gak masalah.
Jurnal Aceh: Bagaimana cara melakukannya?
Harum: Kalau semi bisa kita lakukan sambil duduk sambil pegang-pegang bang. Kalau ML, ya seperti itu juga. Jadi tidak harus bugil, karena kalau ada penggerebegan gak sempat rapikan pakaian. Yah....setengah bugil bang. Kalau mau enak, cari penginapan atau di luar kota, bang.
Jurnal Aceh: Dimana penginapan yang bisa kita sewa?
Harum: Masak abang gak tahu? Ada beberapa tempat. Kita harus kerjasama dengan pelayannya. Tapi ada juga kamar khusus di tempat karaoke yang bisa kita sewa 100 ribu perjamnya.
Demikian antara lain isi percakapan melalui sms Jurnal Aceh dengan harum salah seorang penjaja seks di pusat Kota Lhokseumawe yang sedang giat-giatnya menegakkan Syariat Islam.
Untuk melengkapi investigasi Jurnal Aceh membuat janji bertemu disalah satu tempat Karaoke yang acap di jadikan tempat dirinya menggaet pelanggan. Benar saja Harum di damping dua temannya sudah menunggu jurnal Aceh di tempat tersebut masih diseputaran kota Lhokseumawe.
Berada di lantai 2 dengan suasana remang-remang ditambah lantunan suara music yang keras dan lagu yang dinyanyikan oleh teman-teman harum, terpaksa jurnal Aceh harus setengah berteriak dalam berbicara agar terdengar oleh Harum.
“Apa disini bisa kita ML” Tanya Jurnal Aceh “ klo disini semi aja dulu bang, nanti kita cari tempat yang pas kalau sudah kebelet kali” jawab Harum setengah berteriak sambil tertawa genit.
Akhirnya setelah dua jam menyewa room karaoke dan berbicara sambil mendengarkan music sudah cukup banyak informasi yang Jurnal Aceh dapatkan tentang geliat keberadaan para PSK ini di Kota petro Dolar ini. (jurnalaceh)