Advertistment

 

NEWSOBSERVASI: Raut wajah Gubernur Aceh, dr Zaini Abdullah berubah tiba-tiba saat melihat beras berwarna merah kehitam-hitaman di tangannya. Sesaat, orang nomor satu di Aceh ini meluapkan emosi dan kemarahan (murka) kepada pihak Badan Urusan Logistik (Bulog) Sub Divre Meulaboh, selaku pihak yang mendistribusikan beras tersebut ke lokasi pengungsian korban banjir di Aceh Jaya.
“Beras ini sudah tidak layak konsumsi lagi. Ambil dua goni, sebagai sampel dan kembalikan seluruh beras  ‘busuk’ itu kepada sub Bulog Meulaboh yang menyalurkan, sebagai hadiah kepadanya,” ujar Zaini dengan dana tinggi. Kedua tangannya menunjukkan beras berwarna merah kehitam-hitaman itu kepada wartawan dan anggota rombongannya.
Pemandangan tersebut terlihat saat rombongan Gubernur Aceh meninjau tempat penyimpanan logistik bagi pengungsi korban banjir di Kantor Camat Jaya, Kabupaten Aceh Jaya, Kamis (6/11).
Saat itu pula, Gubernur Zaini Abdullah memanggil Kepala Dinas Sosial Aceh, Bukhari AKS, mempersoalkan kualitas beras yang telah berubah warna kehitam-hitaman dan berjamur itu. “Apakah waktu diambil dari Gudang Bulog tidak dicek terlebih dahulu,” ujarnya.
Untungnya, lanjut Gubernur, beras ini belum disalurkan kepada pengungsi. Menurutnya, jika beras ini terlanjut disalurkan kepada pengungsi, masalahnya bisa panjang, karena bisa menimbulkan penyakit, terutama diare.
Gubernur pun meminta kepada Dinas Sosial dan BPBA untuk mengembalikan seluruh beras yang telah berubah warna dan berjamur itu ke gudang Bulog untuk diganti yang berkualitas. Menurutnya, beras yang disalurkan Bulog kepada pengungsi, bukan beras gratis. “Pemerintah sudah membelinya dengan harga beras standar, bukan beras bermutu jelak dan ‘busuk’,” ujar Gubernur.
Doto Zaini juga mengingatkan pihak Dinas Sosial dan BPBA, untuk menyeleksi kualitas bahan pangan yang akan disalurkan kepada pengungsi, sehingga tidak menambah beban dan penderitaan para korban bencana. “Semua bahan makanan dan sandang yang mau disalurkan, harus dicek kualitasnya, apakah masih layak atau tidak,” ujarnya.
Menyikapi kemarahan besar dan kekecewaan gubernur, Kepala Dinas Sosial Aceh, Bukhari mengatakan, yang mengelurkan DO bantuan beras, memang dinasnya. Tapi beras itu, bersumber dari sub gudang Bulog di Meulaboh, Aceh Barat.
Beras Bulog yang bermutu rendah ini, kata Bukhari, sudah dipisahkan dan juga sudah disampaikan kepada Kasub Bulognya di Melaboh, untuk diambil dan diganti dengan beras baru kualitas lebih biak.
“Sub Bulog Meulaboh, telah berjanji akan mengganti dengan beras kualitas yang lebih baik lagi. Tapi setelah dua hari diberi tahu, beras yang telah berubah warna itu, belum diambil dan diganti dengan beras yang bagus,” ujar Bukhari.
Dari Meulaboh dilaporkan, ratusan pengungsi korban banjir yang sudah bertahan dua tiga hari bertahan di gedung SMKN 2 Meulaboh, Aceh Barat, mulai diserang penyakit. Di antaranya gatal-gatal, batuk, diare dan lainnya.
Namun jumlah pengungsi di gedung tersebut, Kamis (6/11) mulai berkurang. Sebagian telah kembali ke rumah masing-masing karena banjir mulai surut. Meski demikian, sebuah posko kesehatan dan dapur umum tetap dibuka di gedung tersebut, karena ribuan warga masih bertahan.
Kadis Kesehatan Aceh Barat, dr Zafril Luthfy mengakui bahwa pihaknya telah menurunkan tim kesehatan di sejumlah kecamatan di Aceh Barat yang terkena banjir, baik posko kesehatan tetap dan keliling. Namun banyak warga yang terjangkit penyakit seperti gatal-gatal karena banjir merendami. “Posko kesehatan masih terus kita buka hingga banjir benar-benar surut,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Bulog Sub Divre Meulaboh, Junaidi menjawab Serambi Kamis mengatakan, beras yang dilaporkan sempat ditolak di beberapa titik pengungsi di Aceh Jaya dan Aceh Barat, sudah diganti dengan beras lain.
Menurutnya, beberapa karung beras di gudang Bulog Meulaboh terkena banjir sehingga warnanya berubah hitam. Beras-beras itu tidak sempat dicek lagi karena dibawa dalam kondisi masa panik guna didistribusikan ke lokasi korban banjir dan pengungsian di Aceh Barat, Aceh Jaya, dan Nagan Raya yang merupakan wilayah Bulog Divre Meulaboh. “Kalau ada yang hitam tetap kita ganti. Mungkin beberapa karung saja,” katanya.
Ia mengatakan, beras yang telah disalurkan dari gudang Bulog Divre Meulaboh untuk Aceh Barat sebanyak 40 ton, Nagan Raya 34 ton, dan Aceh Jaya 15 ton, yakni masing-masing kabupaten ada stok beras di Bulog sebanyak 100 ton. Sedangkan persediaan stok beras sejauh ini di Bulog cukup dan tidak ada masalah.
Keluhan beras hitam juga disuarakan Ketua DPRK Aceh Barat, Ramli. Ia meminta Bulog menyeleksi beras sebelum disalurkan kepada korban banjir. “Kami temukan beberapa karung jatah pengungsi Kecamatan Kaway XVI tak layak konsumsi sebab warnanya sudah berubah hitam,” kata Ramli.
Aktivitas proses belajar mengajar (PBM) di 59 sekolah, mulai tingkat dasar hingga menengah di Aceh Barat, sudah empat hari terakhir masih lumpuh total setelah gedung sekolah mereka dikepung banjir besar sejak Senin lalu. Hingga Kamis (6/11) sejumlah sekolah di antaranya dalam proses pembersihan dan pendataan terhadap fasilitas yang rusak dan hancur disapu banjir seperti buku, bangku, meja dan sarana komputer.
Data diperoleh Serambi  dari Dinas Pendidikan Aceh Barat, Kamis (6/11), jumlah sekolah yang masih libur karena fasilitas rusak akibat banjir, tercatat sebanyak 59 sekolah. Perinciannya, 8 SMP, 2 SMA/SMK, dan 49 SD tersebar dalam 10 kecamatan se-Aceh Barat. Sedangkan untuk taman kanak-kanak (TK) masih dalam pendataan.
“Yang paling parah adalah sekolah-sekolah di wilayah Johan Pahlawan. Namun dari 59 sekolah di antaranya masih dalam pembersihan, tetapi ada juga butuh pertolongan guna membersihkan sebab cukup parah dilanda banjir yang mengepung hingga 2 meter,” ujar Ahmad Fauzi SPd, Kasi Tenaga Pendidikan dan Bantuan Sarana dari Dinas Pendidikan, kemarin.
Sementara Kepala Kantor Kementerian Agama Aceh Barat, HM Arif Idris MA mengatakan, madrasah yang terkena banjir besar melanda Aceh Barat sejauh ini masih dalam pendataan guna mengetahui fasilitas apa saja yang rusak atau hancur. “Sedang dilakukan pendataan,” ujar Arif Idris.
Dari Nagan Raya dilaporkan, ribuan rumah di sejumlah gampong di Kecamatan Tripa Makmur, Kabupaten Nagan Raya, hingga Kamis (6/11) siang, masih terendam banjir dengan ketinggian air antara 20-30 centimeter. Desa yang masih terendam banjir di antaranya, Lueng Keubeu Jagat, Mon dua, Neubok Yee PP, Ujong Krueng, serta Ujong Krueng.
“Rendaman banjir ini masih tersebar di seluruh desa, namun tidak separah yang terjadi sejak beberapa hari terakhir,” kata Camat Tripa Makmur, Ahmad Fuad SIP menjawab Serambi Kamis (6/11).
Dikatakannya, meski rumah warga masih terendam banjir, namun sebagian besar korban banjir di wilayah ini sudah mulai kembali ke rumahnya masing-masing dan tidak lagi mengungsi seperti sebelumnya. Bahkan dapur umum yang biasanya dibuka guna melayani kebutuhan makanan masyarakat juga tak lagi dibuka.
Ia mengakui, sebagian besar korban banjir di wilayah ini juga sudah mendapatkan bantuan yang disalurkan dari Pemerintah Kabupaten Nagan Raya maupun pihak lainnya diantaranya, beras, mi instan, ikan sarden, minyak goreng, telur, serta sejumlah bantuan lainnya. “Rabu kemarin juga sudah disalurkan beras, semuanya juga akan kita salurkan kepada masyarakat yang menjadi korban banjir,” kata Ahmad Fuad.
Menurutnya, empat hari lalu, ketinggian banjir di wilayah ini mencapai 2,5 meter, namun sejauh ini belum ditemukan adanya korban jiwa. (serambi)
 
Top