Banda Aceh,NEWSOBSERVASI: Tim petugas Satuan Polisi
(satpol) dan Wilayatul Hisbah (WH) Kota Banda Aceh sempat terjadi adu mulut dengan
sejumlah pedagang ikan di Jalan
Hasan Krueng Kale, Gampong Peunayong. Kejadian ini,
sekitar
pukul 10. 30 WIB, Rabu (29/4), saat salah seorang ibu-ibu yang jualan ikan di atas trotoar menggunakan baju merah dan
jilbab hijau, menolak digusur.
Dengan
isyarat tangan yang tanpa bisa berbicara (bisu) membentak-bentak petugas yang berjumlah sekitar 15
orang. Namun, keributanan ini
sempat mengundang emosi pedagang lain, turut menyerang tim penertiban pasar itu.
Pantauan,
dilapangan, salah seorang ibu ( bisu) pedagang ikan bersama 5 orang anaknya itu juga tidak mau menerima kelakuan
dari petugas.
"Kita
ingin keadilan, jangan sembarangan digusur. Pemerintah tidak ada perhatian dengan rakyat kecil," ujar Raja
Ubit,salah seorang pedagang.
Dikatakannya,
Satpol PP harus melihat nasib pedagang hanya untuk mencari rezeki dan menghidupkan anak dan keluarga.
Tapi, petugas langsung mengambil
barang padagang dengan cara paksa.
Saksi
mata lainya Sanusi, juga membenarkan, terjadi adu mulut tim petugas dan beberapa pedagang ikan. Awalnya, salah
ibu-ibu yang jualan ikan di
trotoar tidak menerima ditertibkan tempat ia berdagang dan membentak-bentak satpol PP.
"Saya
melihat tadi seorang ibu-ibu baju merah dan jilbab hijau sempat mengambil parang mengejar satpol PP. Parang itu
diambil milik orang lain yang
jualan parang," ungkap Sanusi, yang juga pengutip distribusi
pasar di jalan Hasan Krueng Kale.
Sementara
itu, kepala UPTD Pasar Kota Banda Aceh, Adista yang dimintai tanggapannya mengatakan, masih banyak pedagang ikan
yang jualan di luar pasar ikan.
Pada prinsipnya, pedagang ikan mesti jualan di dalam pasar dan tidak dibenarkan jualan di atas trotoar.
"Di
Kota Banda Aceh pedagang ikan dihimbau untuk jualan di dalam pasar," ungkapnya.
Terkait,
ibu-ibu yang jualan sembarang yang sudah ditegur, diakuinya, itu bukan
pedagang ikan. Tapi, hanya memanfaatkan lapak dan lokasi tanpa ada izin dari pihak pasar.
"Seorang
ibu-ibu yang memberontak tadi, dia pagi ke lampulo ambil ikan dan jualan dimana dia suka. Di sinilah membuat suasana
pasar semraut," paparnya.
Dikatakan,
bila pedagang sembarangan, tidak hanya suasana pasar yang kurang enak dipandang tapi juga kondisi jalan yang
macet.
"Kita
selalu koordinasi dengan satpol PP dan WH Kota Banda Aceh, dalam menertibkan pedagang di pasar," cetusnya.
Terpisah,
Kasatpol PP dan WH Kota Banda Aceh, Yusnardi yang dikonfirmasi mengatakan, pihaknya punya wewenang
menertibkan dan mengambil barang
pedagang yang tidak mengindahkan peraturan.
"Ditempat
tidak dibenarkan supaya masyarakat jangan berjualan sembarang. Kita selalu berpihak kepada pedagang tapi
pedagang juga kita minta untuk
mengerti," kata dia.
Yusnardi,
mantan camat Muraxa ini, juga mengaku, penertiban pasar di Peunayong sudah dijaga sejak 2 bulan lalu, full time
24 jam. Namun, sekarang pedagang
kembali berjualan di tempat yang dilarang.
"Sekarang
tidak dijaga 24 jam, muncul lagi mereka untuk jualan ditempat kita larang," ungkapnya.
Dikatakan,
pedagang juga pernah di alokasikan untuk jualan di pasar smep Peunayong. Namun, mereka kembali ditempat semula yang
dekat dengan jalan raya.
Selain
itu, lanjutnya, setiap operasi dan penertiban pasar, mereka selalu di bantu dari pihak Polresta Banda Aceh. Hal
ini, untuk menghindari terjadinya
anarkis dilapangan. (darwin)