Advertistment

 


 Kenaikan BBM  yang diumumkan pemerintah tanggal 22 Juni lalu tidak hanya membuat masyarakat saja yang resah dan marah akan tetapi massa pemilih partai yang berkoalisi pun merasa keberatan dan menyesal telah memilih partai yang rupanya tidak mewakili aspirasi massa nya.

Bukannya massa partai yang berkoalisi adalah bagian dari rakyat yang merasakan dampak dari kenaikan harga BBM juga?  Pastinya mereka juga merasa keberatan dengan imbas yang di timbulkan oleh kenaikan harga BBM bersubsidi?  Bahan-bahan pokok harga sudah melambung tinggi hampir mencapai 50 persen, seperti harga telor dari harga 14 ribu – 16 ribu kini menjadi 20 ribu. Harga beras per 50 kg dari 470 ribu menjadi 490 ribu, bahkan sagu per 25 kg dari 135 ribu menjadi 147 ribu.

“Malah sampai harga kerupuk ikutan naik  2 ribu perkilonya,” ujar Wati, penjual di pasar Wonokromo Surabaya.

Siapa yang paling bertanggung jawab atas kesengsaraan yang dialami oleh seluruh masyarakat Indonesia yang mayoritas adalah masyarkat menengah kebawah?

Seorang  Peneliti dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) , Adjie Alfaraby mengatakan, meskipun SBY berusaha mencari pihak lain yang bisa disalahkan atas kenaikan harga BBM ini dengan menghindari pengumuman kenaikan harga BBM, SBY tetap merupakan orang yang paling disalahkan atas kenaikan harga BBM ini.

“SBY berusaha agar  publik tidak menyalahkan dirinya dengan mengajak DPR ikut menaikkan harga BBM. Selain SBY tidak berani mengumumkan  kenaikan BBM secara langsung kemarin” kata Adjie di kantor LSI, seperti yang dilansir Media online Centroone, Minggu (23/06).

Menurut survei LSI, pihak yang paling disalahkan oleh publik atas kenaikan harga BBM adalah SBY dengan jumlah suara sebanyak 44,52 persen, DPR sebanyak 26,03 persen; menteri ESDM 7,88 persen; menteri keuangan 7,88 persen.
“Jadi walaupun SBY berusaha bersembunyi dari kenaikan harga BBM, publik tetap menyalahkannya,” tegasnya. Dengan kata lain usaha SBY untuk menjaga citranya tetap positif di mata rakyat rupanya tidak berhasil dan DPR sebagai lembaga nomer dua yang disalahkan publik karena dianggap  ikut mengesahkan kenaikan harga BBM.

(suarakawan.com)
 
Top