Puluhan seniman dan sastrawan Aceh hari
ini, Senin (23/09/2013) melakukan pertemuan untuk mendiskusikan tentang
perkembangan Dewan Kesenian Banda Aceh (DKB) yang dinilai vakum dan
belum maksimal dalam bekerja.
Menurut Anton Sabang, DKB saat ini sudah
vakum selama satu periode dan tujuan pertemuan ini untuk membicarakan
hal tersebut. Kondisi seperti ini seharusnya tidak terjadi.
“Beberapa tahun lalu seniman sudah membicarakan hal ini, sepertinya pengurus lama tidak mau mengurus kita lagi,” ujarnya.
Herman RN menambahkan, sekarang ini di
DKB ada masalah dan ini perlu dipertanyakan. Terserah nanti bagaimana
akhir dari penyelesaiannya.
Selain itu, Iman Saleum menambahkan
sebenarnya wadah untuk seniman memang berlandaskan hukum, tapi
sepertinya seniman hanya menjadi barang dagangan saja.
Ia menambahkan, DKB sebenarnya tahun
2007 sudah selesai dan ini sudah diadvokasi karena kita butuh lembaga
yang mampu menaungi seniman yang ada di Aceh.
“Bagaimana kita usahakan satu wadah formil yang mampu menaungi semua seniman di Banda Aceh,” jelasnya.
Herman RN selaku moderator dalam acara
ini menambahkan, walau sudah berakhir pada 2007, tapi tahun 2008 DKB
masih saja mencairkan dana dari dinas pariwisata untuk operasional DKB.
Yusuf (Apa Kaoy) salah seorang pendiri
DKB menyatakan DKB adalah cikal bakal dari dewan kesenian di kabupaten
dan DKB sendiri adanya untuk mengurus seniman yang terpencar di Banda
Aceh.
Ia menambahkan, tujuan dari DKB
didirikan untuk memfasilitasi seniman, jadi jika ada kegiatan seperti
Peukan Kebudayaan Aceh (PKA) seniman tidak hanya menjadi penonton saja.
Darwin