Kamis 5 September 2013 kembali kita
disentak dengan berpulang nya ke rahmatullah Allahyarham Tgk. H. Muhammad Wali
al-Khalidy atau yang akrap disapa dengan Waled Tanoh Mirah. Satu lagi lampu
penerang di tengah-tengah masyarakat Aceh padam, Allahhumma igfirlahu
warhamhu wa’afihi wa’fu ‘anhu, semoga Allah menerima segala amal shalehnya
dan mengampuni segala kekhilafan beliau, amin.
Pertemuan Berbagai Suasana
Secara personal, perkenalan saya dengan beliau
sudah cukup lama, semenjak saya masih dibangku sekolah di Madrasah Ibtidaiyah,
di mana beliau sering mengendarai vespa lewat melalui juroeng di hadapan
rumah kami di Ujong Blang, hal ini karena kediaman istri beliau bersebelahan
dengan gampong kami menetap. Pertemuan ini hanya sebatas say hello
dan sesekali beliau singgah di rumah kami bersilaturahim.
Pertemuan berikutnya ketika menunaikan ibadah
haji pada tahun 2000, pertemuan di bawah tenda Arafah, karena orang tua saya
berada satu khemah dengan beliau. Pertemuan ini lebih kepada pertemuan
spiritual dan sosial di mana kami saling membantu dalam melayani para jemaah
haji.
Pertemuan berikutnya di sebuah warung kopi di
Matang Glumpang Dua, beliau sedang menjamu tamu sekaligus rakan karibnya, Tgk. H.
Mustafa dari Simpang Muling yang juga merupakan senior saya semasa menuntut di
Al-Azhar Cairo. Pertemuan kali ini tidak hanya spiritual, tapi emosional dan
bahkan intelektual. Beliau memberi saya semangat untuk terus maju dalam
pendidikan dan menceritakan visi pendidikan beliau yang saya anggap sangat
visioner.
Pertemuan selanjutnya adalah di Kuala Lumpur
pasca penandatangan MOU Helsinki, dalam sebuah acara maulid akbar di aula Kolej
Islam Antara Bangsa Malaysia, lagi-lagi beliau memberi support kepada kami yang
sedang menuntut ilmu di negeri jiran.
Pertemuan berikutnya adalah dalam salah satu
acara sosialisasi yang di adakan oleh Badan Dayah di Kantor Gubernur Banda
Aceh. Dalam pertemuan kali ini pembicaraan yang sebelumnya hanya tertumpu
masalah emosional dan intelektual, kali ini lebih jauh lagi merambah kepada
alam politik dan usaha-usaha untuk mengoptimalkan energy anak bangsa terutama
yang bergelut dalam bidang dakwah dan amal makruf Nahi Mungkar.
Pertemuan berikutnya berlangsung di Langsa pada
tahun 2010, dalam pertemuan kali ini kami selain membincangkan masalah masyarakat,
lebih tegas beliau memaparkan kembali visi pengembangan pendidikan Dayah Tanoh
Mirah.
Dayah, Sekolah dan Ma’had Aly Tafsir Hadits
Menurut beliau, Dayah perlu memberikan
alternatif opsi sekolah bagi santri yang berkeinginan menempuh pendidikan
formal selain pendidikan Dayah. Hal ini beliau tindak lanjuti dengan membuka
SMP dan SMA di dayah Tanoh Mirah. Sehingga santri yang meudagang di
Dayah juga memiliki ijazah pendidikan formal, dengan demikian mereka memliliki
nilai plus, selain ilmu agama yang mumpuni selama belajar di Dayah, juga ijzah
formal sekolah.
Saya sangat tidak menyangka, ternyata visi
waled tidak hanya sampai di situ, bahkan punya keinginan yang sangat kuat untuk
mendirikan Ma’had ‘Aly ilmu Tafsir dan Hadits di dayah Tanoh Mirah. Sebuah
terobosan yang sangat brilian dari pimpinan Dayah salafy untuk menghidupkan
spesialisasi ilmu tafsir dan hadits selain fiqh yang sudah menjadi mainstream
pendidikan di dayah.
Untuk menindak lanjuti konsep tersebut, Waled
tidak segan-segan berkonsultasi dan sharing pendapat dengan siapa pun
yang beliau anggap punya kepedulian terhadap pendidikan, termasuk meminta
bantuan kesedian untuk mengajar di tempat beliau.
Tanggal 13 Juli 2010, saya masih teringat,
tepat pukul 4.30 dini hari sebuah sms masuk ke telpon saya yang berbunyi: “Assalamaualaikum.
Kami selaku pimpinan Pondok Pendidikan Islam atau Basis of Islamic Studies of
Darul Ulum Tanoh Mirah, Peusangan Bireuen, meminta kesediaan ustaz, tengku, DR (dengan
menyebut lebih kurang 15 nama) untuk ikut serta membantu memajukan
pendidikan islami di Kampus Dayah Darul Ulum Tanoh Mirah pada setiap sabtu dan
minggu untuk siswa/i dayah salafy, siswa/i SMP/SMA/calon mahasiswa Ma’had ‘Aly
dengan jadwal yang akan kami ajukan dan kita konsultasikan kemudian dan dengan
materi pelajaran Bahasa Arab dan percakapan, bahasa Inggris dan percakapan,
bahasa Indonesia dan materi lainnya”.
Ulama yang Komunikatif dan berjiwa besar
Keinginan beliau mengembangkan pendidikan di
Dayah Darul Ulum Tanoh Mirah dengan tujuan yang sangat jelas dan begitu terang; “agar
anak didik menjadi kader ulama besar yang komunikatif dan berjiwa besar,
bermanfaat dunia akhirat”. Tujuan ini dengan jelas beliau tulis di penghujung
SMS yang Allahyarham kirimkan.
Terlepas dari keterlibatan Waled dalam dunia politik
praktis, visi pendidikan beliau patut diteruskan oleh generasi berikutnya,
karena misi beliau yang sangat luhur belum tercapai sepenuhnya dan Allah telah
memanggilnya kembali menghadap.
Semoga cita-cita luhur beliau tidak pupus
dengan perginya sang penggagas, amien.
Selamat jalan waled, abang, sahabat, guru dan Khadimul
Ulum ad-Diniyah sebagaimana beliau menyebut dirinya.